Rabu, 08 Juni 2011

FAKTOR LINGKUNGAN DAN PENGARUH PERGAULAN TERHADAP PERILAKU KEKERASAN DI KALANGAN PELAJAR

BAB.I
PENDAHULUAN


A .Latar Belakang

Pelajar sebagai bagian masyarakat yang terdidik mempunyai kedudukan yang cukup strategis, karena sebagai calon inteletual muda mereka mampu menjadi agen perubahan sosial (social change ), sekaligus pemberdayaan masyarakat. Sejarah peran pelajar seperti (KAPPI) telah menunjukkan betapa pentingnya peranan pelajar sebagai motor penggerak sebuah perjuangan. Namun di sisi lain pelajar juga mengemban tugas berat untuk kehidupan masa depannya, untuk itu pelajar perlu memberdayakan dirinya melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan jaman, kenakalan dan kejahatan oleh remaja semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Kartini Kartono, (1986 : 3). di kota-kota industri dan kota besar yang berkembang secara fisik, terjadi kasus kejahatan yang jauh lebih banyak daripada masyarakat primitif atau di desa-desa. Dengan demikian ada korelasi antara kemajuan industri dan perkembangan kota dengan meningkatnya berbagai tindak kejahatan, termasuk tindak kejahatan oleh remaja dan pelajar
Gangguan pada remaja (childhood disorders) akan menimbulkan gangguan pada diri pelakunya dan masyarakat, yang bila tidak segera diatasi akan berkembang menjadi kejahatan remaja (juvenile delinquency). Menurut Kartini, (1986 : 4) kejahatan yang dilakukan remaja pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya. Selanjutnya perbuatan ini juga dikategorikan sebagai penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Karena penyakit sosial adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum. Gejala ini hampir selalu terjadi di tengah-tengah masyarakat, maka disebut sebagai pathologi sosial, yang menyebabkan struktur sosial terganggu.
Gangguan terhadap pemuda remaja atau pelajar akan mudah terjadi karena biasanya anak-anak remaja kurang memiliki kontrol diri, suka menegakkan standar tingkah lakunya sendiri dan egoistis, serta terkadang suka meremehkan orang lain. Tindakan yang menyimpang ini dilakukan, pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu untuk mencapai suatu objek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresi. Kekerasan terjadi dimulai dari perbedaan pendapat dan selanjutnya konflik dan puncaknya kekerasan fisik. Pada diri remaja kekerasan fisik selalu menonjol karena gejolak darah mudanya lebih besar.
Sedangkan munculnya perilaku kekerasan pada khususnya, dan perilaku menyimpang pada umumnya, menurut Sutomo, (1995 : 31) bukan berarti pelakunya tidak mengetahui aturan, maka pertanyaan penting adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu bahwa yang dilakukan adalah melanggar aturan., Berbicara tentang motif yang mendorong mereka melakukan tindak kekerasan ada beberapa faktor antara lain :
1. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan.
2. Meningkatnya agresivitas dan dorongan seksual.
3. Salah asuh dan salah didik orang tua, sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya.
4. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru.
5. Kecenderungan pembawaan yang pathologis atau abnormal.
6. Konflik batin sendiri, dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang irrasional.(Kartini Kartono, 1986 :10).

Dari pendapat tersebut diatas, faktor situasi atau lingkungan dan pengaruh pergaulan cukup penting dalam memberikan dorongan akan munculnya perilaku kekerasan dalam diri remaja.
Sementara menurut pendapat Emil H. Tambunan, (1982 : 23) bahwa beberapa faktor dari luar turut mempengaruhi anak itu, faktor dari luar itu termasuk lingkungan, atau masyarakat setempat. Jadi masalah kenakalan remaja bukanlah masalah yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari masalah-masalah sosial lainnya yang dihadapi masyarakat Soejono Soekanto, (1976 : 12). Dengan demikian berbicara mengenai faktor penyebab kenakalan remaja tidak terlepas dari keadaan masyarakat, maka masyarakatlah yang menentukan baik buruknya remaja.
Dalam penelitian ini akan difokuskan pada faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan dengan berbagai keterbatasan baik waktu, tenaga, kesempatan dan dana, sehingga tidak mungkin meneliti semua faktor penyebab munculnya perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Disamping itu, kedua faktor tersebut secara nyata banyak dikaitkan dengan munculnya kekerasan. Dalam hal ini adalah situasi lingkungan dan pergaulan yang yang mengalami gangguan, seperti timbul keretakan hubungan sosial akibat tidak ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan. Karena kenakalan remaja terutama terjadi karena tidak ada persesuaian cita-cita remaja dengan sarana-sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Terlebih lagi di era sekarang ini, semakin sulit seseorang bisa memperoleh berbagai sarana yang dibutuhkan, sebagai akibat munculnya ketidak-adilan dan ketimpangan sosial yang semakin tajam. Pergolakan dan pertikaian di lingkungan masyarakat ini terkadang juga menjengkelkan bagi remaja, sehingga melakukan semacam perlawanan dan pemberontakan, maka perilaku kekerasan tidak bisa dihindari. Demikian juga pergaulan remaja yang semakin tidak terkontrol oleh orang tua juga semakin nyata terjadi, sehingga timbul dampak yang kurang baik, bahkan dapat menjerumuskan remaja dalam berbagai tindak kriminal.
Dalam hal ini difokuskan remaja pelajar, karena seharusnya pelajar dapat memberikan contoh baik bagi remaja pada umumnya sebagai generasi penerus calon inteletual, namun kenyataannya justru pelajar yang sering memberikan contoh adanya kekerasan, seperti munculnya perkelahian pelajar. Pelajar seharusnya jauh dari perilaku kekerasan, tetapi kenyataannya justru banyak melakukan tindakan kekerasan dan pelangaran ketertiban lainnya. Kesenjangan inilah yang menarik untuk dilakukan penelitian dan kajian tentang perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Secara normatif kedudukan pelajar di mata masyarakat diposisikan tinggi dibanding remaja lain yang tidak sekolah, maka idealnya mempunyai sikap dan perilaku yang terpuji dan jauh dari perilaku kekerasan fisik.

B. Rumusan Masalah
Titik tolak penelitian selalu berangkat dari masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Menurut Sutrisno Hadi, (1973 : 4) masalah adalah kesulitan-kesulitan dalam menghadapi sesuatu, adapun masalah umumnya bersumber dari sebab yakni : orang kurang tahu memecahkan masalah dan orang kekuaranangan fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah itu.
Sedangkan menurut Winarno Surachmad, (1990 :34) masalah adalah setiap kesulitan-kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus bisa dirasakan sebagai suatu rintangan yang harus dilalui. Dengan demikian masalah menuntut adanya pemecahan masalah, dan salah satunya dengan jalan penelitian, maka salah satu tujuan penelitian adalah memecahkan masalah.
Selanjutnya menurut Muhammad Hatta (1967 : 14) mengemukakan bahwa ; masalah adalah kejadian atau keadaan yang menimbulkan pertanyaan dalam hati kita tentang kedudukannya, orang tidak puas hanya dengan melihat saja melainkan ingin mengetahuinya lebih dalam. Dengan dirumuskannya masalah, maka akan memudahkan dalam penyelesaian masalah.
Disusunya rumusan masalah bertujuan untuk membatasi penelitian dalam fokus tertentu sesuai dengan topik penelitian. Fokus penelitian ini untuk membatasi peneliti dalam memperoleh data-data akurat karena dengan fokus seorang peneliti mengetahui persisi data mana yang perlu dikumpulkan dan data mana tidak diperlukan.
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana hubungan antara faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.?






















BAB .II

KAJIAN PUSTAKA


Sebelum membahas lebih lanjut variabel-variabel dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan dulu tentang konsep dan teori. Menurut Kerlinger, (1977 : 14) teori adalah segugus konsep, definisi dan proporsi yang berhubungan yang menyatakan suatu pandangan yang sistematis tentang gejala dengan merinci hubungan antara variabel dengan tujuan menjelaskan dan meramalkan fenomena . Sedangkan menurut Sofian Effendi, (1987 : 12) sarana pokok utama untuk menyatakan hubungan sistematis antara fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti adalah teori yaitu rangkaian yang logis dari satu proporsi atau lebih .
Jadi teori adalah serangkaian hubungan yang sistematis antara gejala atau fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti dengan proporsi yang logis dan merupakan pasangan mengenai gejala serta menerima hubungan antara gejala sosial dan observasi yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini akan dipaparkan teori tentang : perilaku kekerasan di kalangan pelajar, situasi lingkungan, teman pergaulan dan pernan keluarga:
1. Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar.
Perilaku kekerasan pelajar adalah bagian dari kenakalan remaja pada umumnya, dalam hal ini sebagai perilaku remaja yang melanggar aturan, norma atau moral masyarakat, yang menimbulkan konflik antara pribadi atau kelompok-kelompok pribadi atau dengan masyarakatnya. Diantara ciri utama perilaku nakal adalah anti sosial, yang antara lain berbentuk vandalisme (perilaku iseng yang menimbulkan gangguan), perilaku merusak harta benda, melanggar tata tertib, membolos, narkoba, perkelahian atau tindakan kekerasan. Segala perilaku tersebut bila dibiarkan bisa menjadi tindakan kriminal.
Generasi muda merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia yang telah ditempatkan posisinya sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional. Idealnya perilaku generasi muda yang sebagian besar pelajar, adalah sesuai dengan norma-norma hukum yang berlaku, bukan sebaliknya bertindak menyimpang dari norma-norma yang ada. Dalam kehidupan remaja atau pelajar selalu dihadapkan pada tiga kutub yakni peran keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Sedangkan interaksi dari ketiga kutub itu akan menentukan perilaku pelajar itu positif atau negatif. Skema dibawah dapat menerangkan fenomena tersebut :









Menurut Kartini Kartono (1986 : 111), penyebab munculnya tindakan kekerasan di kalangan remaja dan pelajar adalah dua faktor : faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau endogen berlangsung lewat proses internalisasi diri yang keliru oleh anak-anak remaja dalam menanggapi pengaruh dari luar. Tingkah laku remaja atau pelajar merupakan reaksi yang salah atau irrasional dari proses belajar dalam bentuk ketidak mampuan mereka melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
Para pelajar dengan mekanisme pelarian diri dan pembelaan diri yang salah dalam bentuk aggresi, pelanggaran, perkelahian, kekerasan dan tindak kriminal lainnya. Pelajar sebagai yang berjiwa muda terkadang tidak mampu mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kesulitan yang dihadapi. Terlebih lagi dihadapkan pada pengaruh dunia luar yang secara kualitas meningkat, seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi.
Menurut Kusnadi (1995 : 307), Masalah perkelahian pelajar tampaknya cenderung menjadi permasalahan kian dilematis belakangan ini. Hal ini sulit dibasmi karena suasana dilematis dan klasik dimana pemuda mudah emosional. Namun disisi lain, lingkungan semakin tidak mendukung terkendalinya sifat emosional pemuda. Hal ini sangat kurang diperhatikan oleh para orang tua, sehingga di kota-kota besar perkalihan pelajar cenderung meningkat baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Yang menjadi persoalannya bukan pada baku hantamnya, tetapi kadang-kadang akibat yang ditimbulkan yang menjurus pada tindak kekerasan fisik dan pengrusakan berbagai fasilitas umum.
Dalam banyak kasus, perkelahian pelajar terkadang disebabkan masalah-masalah yang sepele, dari masalah “cewek”, ejek-mengejek sepulang sekolah, sampai masalah kericuhan pertandingan antar sekolah. Tidak jarang pula, diluar jam-jam sekolah, banyak pelajar yang bergerombol , kongkow-kongkow, sehingga mengundang keisengan yang pada gilirannya menjadi awal perkelahian pelajar. Demikian pula banyaknya waktu luang bagi siswa, besar kemungkinan menjadi faktor penyebab perbuatan macam-macam. Apalagi kurikulum pelajar menengah yang kurang dirangsang pada kegaiatn ekstrakurikuler yang sifatnya ilmiah, namun justru kegiatan kurikuler berbentuk kegitan yang memancing terjadinya keributan, seperti pertandingan olah raga.
Pendapat lain dikemukakan oleh Melly G. Tan (1995 : 308), dewasa ini telah terjadi dehumanisasi yang merasuki sebagian pelajar akibat pengaruh kuatmedia informasi, baik film maupun media massa. Dalam hal ini pengaruh film-film yang kurang mendidik yakni penuh adegan vulgar, sadis, penuh kekerasan, serta adegan banyolan konyol yang merupakan sumber ejek-mengejek. Bahkan pengaruh film kelabu juga dapat mengakibatkan efek berantai terhadap sifat dasar remaja yang selalu ingin tahu dan mencobanya. Pengaruh alkohol dan narkoba, selalu dimulai coba-coba dan ingin tahu, tetapi kemudian menjadi kecanduan. Bila hal ini terjadi maka sulituntuk bisa mengendalikan diri dan terjadilah berbagai tindakan kekerasan.
Sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis, adalah perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada anak-anak remaja. Muncullah berbagai tindakan kekerasan, kejahatan, perkelahian massal dan tindakan kriminal lainnya. Dalam kajian faktor eksternal sebagai penyebab tindakan kriminal dapat dibedakan dalam faktor : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan alam sekitarnya.
Remaja atau pelajar yang masih dalam pancaroba mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus, antara lain : rasa kasih sayang, rasa aman, rasa dihargai, rasa kebebsan yang sesuai dengan masanya, rasa ingin tahu, ingin mengenal, serta ingin belajar dan mempelajari sesuatu yang baru. Dalm kenyataannya, sering kebutuhan para pelajar tidak terpenuhi karena terhalang oleh keadaan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bila dalam diri pelajar sanggup menyesuaikan diri dalam menghadapi problem-problem, maka akan berkembang secara wajar. Namun sebaliknya jika tidak mampu beradaptasi terhadap berbagai permasalahan, maka keadaan emosinya terganggu, dan terjadilan berbagai tindak kekerasan di kalangan pelajar.

2. Situasi Lingkungan
Situasi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan cenderung juga akan menimbulkan perilaku menyimpang dan kerawanan sosial. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah hiburan malam yang berlebihan, minum-minuman keras dan narkoba, prostitusi, pornografi dan tindakan kekerasan lainnya. Pelajar merupakan generasi muda yang lahir dari keluarga yang tumbuh dan berkembang, serta berinteraksi dalam lingkungan pergaulan masyarakat, akan berreaksi dan memberikan respon terhadap situasi yang terjadi pada lingkungannya.
Menurut pendapat Gerungan ( 1991 : 82), situasi sosial pada diri sendiri sudah mempunyai pengaruh tertentu terhadap kegiatan-kegiaan individu dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan yang sama apabila dalam keadaan sendirian; yakni situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyama-ratakan pendapat-pendapat orang yang ada di dalamnya. Jadi situasi sosial seseorang akan mempengaruhi proses yang berlangsung dalam diri individu, baik dalam keputusan, perilaku maupun tindakan yang dilakukan.
Kondisi keluarga atau orang tua dapat diartikan dalam konteks yang luas yakni tidak hanya orang tua di rumah, melainkan juga di luar rumah. Peran orang tua menjadi kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan dan penanganan perilaku menyimpang remaja atau pelajar. Keluarga harus menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan sehat remaja, yakni suasana keluarga yang harmonis (sakinah). Sebaliknya keluarga yang tidak baik atau harmonis, maka resiko anak mengalami gangguan kepribadian dan perilaku menyimpang lebih besar, kondisi keluarga yang dimaksud sebagai berikut : broken home, kesibukan orang tua yang melupakan keluarga, hubungan interpersonal yang buruk dan keluarga kurang kasih sayang.
Lingkungan keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi dan sivilisasi pribadi anak. Karena di tengah keluarga anak belajar mengenal makna cinta kasih, simpati, loyalitas, ideologi, bimbingan dan pendidikan. Keluarga memberikan pengaruh menentukan pada pembentukan watak dan kepribadian anak, dan menjadi unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak Baik buruknya struktur keluarga memberikan dampak baik atau buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak.
Adapun indikator lingkungan keluarga yang kurang mendukung antara lain : ada tidaknya kondisi broken home, perlindungan yang berlebihan terhadap anak (memanjakan),penolakan orang tua (orang tua tidak bertanggung jawab), pengaruh buruk dari orang tua, sehingga anak ikut-ikutan.
Sedangkan lingkungan sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja dapat dirunut dari beberapa aspek, yang antara lain : bangunan tidak memadai, kurang ada tempat bermain, dan berbagai sarana yang terbatas. Akibatnya anak-anak remaja merasa tertekan, apalagi kurikulum yang belum memadai, sehingga kegiatan sekolah hanya duduk dan dengar, tanpa ada kegiatan yang lain. Disamping itu, masyarakat sekitar sekolah juga cukup besar pengaruhnya, sebagai misala lingkungan sekitar SMK Negerei 1 Kalabahi adalah komplek pedagang kakilima, di juga komplek Stadion Kalabahi yang penuh hiruk pikuk juga akan berdampak pada sikap dan perilaku pelajar SMK Negeri 1 Kalabahi

3. Teman Pergaulan
Sejak individu itu dilahirkan di dunia ia selalu berinteraksi dengan individu-individu yang lain di dalam kelompoknya, sehingga dapat membentuk individu menjadi person dan mengubah sifat-sifat aslinya menjadi sifat-sifat kemanusiaan. Hal-hal tersebut terjadi pada suku-suku yang masih sederhana maupun orang-orang modern yang hadir di kota-kota besar selalu berinteraksi diantara teman pergaulan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pergaulan merupakan suatu hubungan yang meliputi tingkah laku individu. Menurut Sherif dan Sherik (1991 : 94), pergaulan adalah suatu unit sosial terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu. Pergaulan bila disorot secara khusus akan memberikan gambaran yang berbeda-beda. Akan terlihat adanya pergaulan yang hanya bersifat sementara, menengah sampai dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Demikian pula sifat pergaulan yang tidak selalu sama, ada pergaulan yang menggambarkan hubungan reaktif saja, seolah-olah hubungan antara dua individu atau lebih hanya terjalin hubungan yang bersifat aksi dan reaksi saja. Namun menurut Gunarsa Singgih ( 1977 : 35), ada pula pergaulan dimana individu-individu yang bersangkutan aktif dan kreatif menciptakan hubungan dimana masing-masing memajukan taraf kehidupannya dan saling menyempurnakan martabatnya. Di samping itu pula ada pergaulan yang bentuknya cenderung bersifat ekspresif, artinya pergaulan yang terjadi karena keinginan untuk mengekspresikan jiwa muda seseorang, yang dalam hal ini kecenderungannya kurang positif, misalnya hura-hura.
Adapun peranan pergaulan dapat kita lihat seperti dikemukakan oleh Baruman PJ (1981 : 21) bahwa, pergaulan itu mempunyai peranan sebagai seluruh pembaharuan kemasyarakatan tiap orang dapat berkembang, jadi sebagi penolong terbentuknya pribadi orang. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pentingnya pergaulan adalah dapat menambah perbagai pengetahuan dan wawasan, sehingga terbentuk sikap dan kepribadian baik itu bersifat positif maupun kurang positif. Jadi pengaruh interaksi dari berbagai individu dalam suatu kelompok atau lingkungan pergaulan akan berpengaruh pada sikap individu atau generasi muda.
Diantara wadah kelompok pergaulan antara lain adalah kelompok bermain, kelompok persahabatan dan kelompok kerja yang kecil, dimana setiap anggota mempunyai ikatan yang erat. Setiap individu dalam kelompok ini menyesuaikan pendapatnya dengan teman-temannya, mungkin ia menyukai atau menghormati mereka atau mungkin pula karena ia ingin sama dengan mereka. Jadi kelompok pergaulan itu mensosialisasikan anggota-anggotanya dengan cara mendorong atau mendesak mereka untuk menyesuaikan diri terhadap sikap-sikap atau tingkah laku yang dianut oleh kelompok itu. Seseorang mungkin menjadi tertarik pada sesuatu perbuatan atau melakukan perbuatan tertentu karena teman-temannya berbuat begitu.
Kelompok pergaulan merupakan salah satu dari beberapa kelompok yang ada pada kelompok sosial. Kelompok sosial dapat digolong-golongkan pula ke dalam macam-macam jenis yaitu kelompok primer dabn kelompok sekunder. Dalam kelompok primer itu terdapat interaksi sosial yang lebih intensif dan lebih erat antara anggotanya daripada kelompok sekunder. Kelompok primer ini juga disebut face to face group, yakni kelompok sosial yang anggota-anggotanya sering berhadapan langsung, saling mengenal dari dekat, dan karena itu saling berhubungan erat. Contohnya adalah keluarga, kelompok bermain, kelompok pergaulan dan sebagainya. Sedangkan kelompok pergaulan sekunder menurut Gerungan ( 1996 : 85), adalah kelompok yang berhubungan tidak langsung, berjauhan dan formil dan kurang bersifat kekeluargaan, misalnya partai politik, serikat kerja dan sebagainya.
Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal dan kelompok informal atau kelompok resmi dan tidak resmi. Ciri-ciri kelompok formal lebih mirip dengan interaksi kelompok sekunder, bercorak pertimbangan-pertimbangan objektif rasional. Contohnya semua perkumpulan yang mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Sedangkan kelompok informal menurut gerungan, (1996 : 87) adalah mirip dengan interaksi kelompok primer dan bersifat kekeluargaan dengan corak simpati. Contohnya sekelompok kawan-kawan atau keluarga, dan kelompok pergaulan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok pergaulan masuk dalam kelompok primer, dan memiliki ciri-ciri sebagai kelompok informal. Kelompok pergaulan merupakan suatu hubungan antara manusia yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi pergaulan ini acap kali menimbulkan persoalan, sehingga justru menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan. Namun bila hubungan ini bisa dikendalikan, maka mempunyai peran yang positif pula.
Adapun peran positif dari kelompok pergaulan menurut Soerjono Soekanto, (1992 : 75) antara lain :
1. Rasa aman dan rasa dianggap penting berasal dari keanggotaan suatu kelompok tertentu, hal mana penting bagi perkembangan jiwa yang sehat.
2. Rasa aman yang ditimbulkan karena individu tersebut diterima oleh kelompoknya akan menimbulkan dorongan untuk hidup secara mandiri, artinya tidak tergantung pada siapapun.
3. Di dalam kelompok tersebut individu dapat menyalurkan rasa kecewanya, rasa takutnya, rasa kawatir, rasa gembira dan lain sebagainya, dengan pendapatnya yang wajar dari rekan-rekannya sekelompok.
4. Kelompok memungkinkan individu mengembangkan kemampuan dalam ketrampilan-ketrampilan sosial, sehingga dia lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
5. Lazimnya suatu kelompok mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong individu untuk bersikap tindak secara dewasa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila kelompok pergaulan itu dikelola secara baik, maka akan mempunyai peran yang cukup baik bagi generasi muda.
Namun dibalik peranan-peranan yang positif itu, harus dipertimbangkan pula bahwa kemungkinantumbuhnya peranan yang negatif tetap akan ada. Kemungkinan terjadinya peranan-peranan negatif itulah yang senantiasa harus dicegah, baik oleh orang tua, para guru dan pihak-pihak lain yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan yang benar dan baik. Adapun dampak negatif dari kelompok pergaulan menurut Soerjono Soekanto, (1992 : 76) antara lain :
1. Kelompok mendorong anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota kelompok, hal ini mungkin menimbulkan sikap tindak yang kurang adil.
2. Kelompok mendorong terjadinya individualisme, oleh karena rasa kepatuhan yang dikembangkan secara pribadi.
3. Kadang-kadang timbul rasa iri hati dari anggota-anggota kelompok yang berasal dari keluarga kurang mampu, erhadap mereka yang berasal dari keluarga yang lebih mampu.
4. Kesetiaan erhadap kelompok kadang-kadang mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan orang tua, saudara atau kerabat.
5. Kelompok merupakan suatu bentuk kelompok yang tertutup yang sulit sekali ditembus, sehingga penilaian terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh pihak luar.
6. Suatu kelompok mendorong anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan pola kehidupan yang sama latar belakangnya, sehingga sulit untuk mengadakan penyesuaian dengan pihak-pihak yang berbeda latar belakangnya.
7. Kadang-kadang ada yang menghambat motivasi perkembangan yang dipengaruhi kelompok.
8. Tuphemisme dipengaruhi kelompok tertentu.

Dengan demikian terkadang kelompok pergaulan juga menimbulkan kesulitan bagi para pelakunya, karena dapat mengganggu kelancaran hidup, bahkan menimbulkan kegoncangan jiwa yang menghambat dan merugikan perkembangan individu yang bersangkutan.
Setiap individu dalam pergaulan tidak selalu dapat disamakan, karena setiap individu mempunyai kepribadian dasar masing-masing yang sesuai dengan sifat, latar belakang yang berbeda-beda untuk setiap orang. Dengan demikian setiap pribadi akan menampilkan dengan cara yang berbeda. Perbedaan adalah penampilan yang khas, itulah yang menjadi sebab daripada tindak tanduk setiap individu yang beraneka ragam dan menyulitkan pengertian orang lain. Maksud dan indak tanduk seseorang tidak mudah ditafsirkan oleh orang lain, bahkan bagi diri sendiri hal ersebut sering tersembunyi dan tidak disadari, dan terjadilah salah paham.
Akhirnya salah paham dan salah pengertian hanya akan menimbulkan perselisihan, pertengkaran dan kekerasan fisik. Untuk menhindari kejadian tersebut, harus diperhatikan beberapa faktor dalam pergaulan sebagai berikut :
1. Pengenalan individu lain : mengenal individu lain bahwa tidak sama dengan diri kita sendiri. Mengenal individu lain berarti berusaha mengetahui sifat-sifat sikap pandangan dan latar belakangnya yang telah membentuk individu lain itu dan yang mendasari kepribadiannya maupun tingkah lakunya.
2. Pengertian terhadap individu lain : mengerti bahwa individu lain memiliki ciri khas, sifat khusus dan latar belakang masing-masing. Adanya perbedaan ini tidak berarti bahwa perbedaan tersebut perlu diubah dengan maksud agar orang lain dipaksa menyamakan dirinya dengan diri kita.
3. Dalam pergaulan, pada setiap individu perlu adanya keterbukaan dari menerima, melalui pertimbangan, apa yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk ilmu, pendapat dan pandangan, membuka jalan pikirannya supaya dapat dimengerti oleh orang lain demi satu kelancaran komunikasi yang baik.
Dengan demikian seseorang mau masuk dalam kelompok pergaulan harus dapat memahami, menerima akan adanya perubahan-perubahan serta adanya peraturan. Bagi generasi muda, kelompok pergaulan ini sangat efektif untuk transformasi berbagai pengetahuan, termasuk didalamnya tindakan dan perilaku pelanggaran dan kekerasan.







BAB .III
METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian
Lolasi yang menjadi objek penelitian adalah di SMK Negeri 1 Kalabahit tentang Faktor Lingkungan dan Pengaaruh Pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar (Suatu Survei) terhadap Siswa SMKNegeri 1 Kalabahi di Desa Lendola Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor Provinsi-NTT. waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan 1 Agustus sampai dengan 30 Oktober 2011
B. Jenis Dan Metode Penelitia
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif karena dalam penelitian peneliti berupaya menggambarkan,memaparkan penyebab faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan dikangan remaja.sebagaimana dikemukakan oleh Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1996 :73),bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan objek penelitian.
C.Subjek Penelitian
Untuk memperoleh gambaran dan informasi yang jelas tentang penyebab terjadinya perilaku tindak kekerasan yang dilakukan oleh remaja pelajar,pemilih dan menentukan subjek penelitian.Dalam penelitian ini teknik penentuan subjek penelitian yang digunakan adalah teknik purposive,yaitu penentuan subjek penelitian berdasarkan pertimbangan atau criteria tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti menentukan subjek penelitian berdsarkan atas kriteri-kriteria dengan tujuan agar subjek penelitian tersebut dapat memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya. adapun yang menjadi kriteria penelitian dalam menentukan subjek penelitian ini adalah : perilaku kekerasan dikalangan pelajar dilakukan dengan pembinaan secara periodic

D.Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Untuk memperoleh data reprensentatif maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara.Menurut Lexy J.Moleong (2002 :135) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu Pewawancara,yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan yang diwawancara (interviewee ).wawancara akan dilakukan kepada anak didik yang telah melakukan tindakan kekerasan untuk mendapatkan data langsung dari subjek penelitian
Sedangkan teknik yang dipergunakan untuk wawancara ini adalah teknik wawancara bebas terpimpin yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan jadi masih di mungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan dengam situasi ketika wawancara berlangsung agar tidak terkesan kaku.peneliti melakukan wawancara bebas terpimpin agar nantinya dalam pelaksanaan dan untuk pendalaman yang lebih lanjut dari pentingnya penelitian.

2. Dokomentasi
Metode dokomentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, nutulen rapat, agenda, dan sebagainya. (Sumarsini Arikento, 2002 : 2006) dokumen berkaitan dengan masalah penelitihan ini diperoleh di SMK negeri 1 Kalabahi.dokumen tersebut yaitu segala dokumentasi yang berhubungan dengan faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.seperti latar belakang keluarga remaja pelajar perilaku tindak kekerasan,latar belakang semua data yang berhubungan dengan status remaja pelajar.

E.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah analisis induktif.analisis ini menilai dan menganalisis data-data yang telah di fokuskan yaitu faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar di SMK Negeri 1 Kalabahi.analisis induktif digunakan dengan cara menganalisis hal-hal khusus untuk selanjutnya di tarik kesimpulan yang objektif sesuai dengan fakta di data, di angket untuk mudah pengembangan dua atau lebih kemudian hasil akhir lalu dikualifikasikan kembali (Suharsini Arikento,1992 : 208) langka-langka menganalisis data untuk menghasilkan kesimpulan induktif pada penelitian kualitatif meliputi reduksi,kategorisasi,dan unitisasi,display data,dan pengambilan kesimpulan.proses analisis data ini dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung dengan pelajari data yang diperoleh dalam penelitian secara apa adanya kemudian di interpretasikan secara kualitatif untuk mengambil kesimpulan dengan menggunakan prinsip induktif.analisis induktif ini digunakan dengan cara menganalisis hal-hal khusus kemudian ditarik kesimpulan umum dan objek,dengan demikian peneliti berangkat dari hal-hal yang harus untuk memperoleh kesimpulan umum.Adapun proses atau langka-langka yang diambil dalam analisis data (Sampiah Faisal 2001:256-258) ini adalah :
1. Reduksi Data .
Data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi merupakan data urutan yang bersifat acak-acakan,untuk itu penelitimelakukan pemecahan dat relavan untuk disajikan dengan memilki data yang dapat menjawab permasalahan mengenai factor penyebab factor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.


2 . Unitisasi Kategorisasi.
Data yang telah disediakan di pilih tersebut kemudian disusun secara sistimatis kedalam unit-unit sesuai dengan sifat masing-masing dengan data menonjolkan hal-hal pokok dan penting unit data yang telah dikumpul,dipilih kembali dikerjakan sesuai kategori yang ada sehingga dapat mengahasilkan gambaran yang jelas.
3 Display Data.
Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi mengadakan laporan sistimatis.dat disajikan dalam bentuk narasi berupa infomasi mengenai penyebab faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar
4. Penelitian Kesimpulan
Dengan melihat kembali tujuan yang dicapai mak data yang telah dikumpulkan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif untuk memperoleh data yang objektif kesimpulan tersebut kemudian diverifikasikan dengan cara melihat kembali tidak menyimpang dari permasalahan peneliti.





BAB .IV
Kesimpulan Dan Saran
A.Kesimpulan
Setelah mempelajari dan menelaa dari berapa kajian literaratur ini bahwa faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekarasan dikalangan pelajar oleh bebarapa pendapat masih sangat relavan dengan kondisi saat ini oleh karena itu orang tua, guru, dan masyarakat mempunyai peranan dan tanggung jawab yang strategis mengawasi serta memberi perhatian yang sesunggunya dalam segala aktivitasnya merupakan komunikasi efektif melakukan hubungan interaksi social baik secara internal maupun eksternal terhadap suatu keinginan/tindakan terhadap diri maupun terhadap orang lain itu benar-benar suatu hal yang sangat positif sehingga harapan dan keyakinan masa depan anak itu memiliki nilai dan moral yang baik terhadap dirinya maupun orang lain, terlebih lagi bagi orang tua maupun keluarga.
Hal ini dapat dilakukan sedini mungkin.melalui berbagai pembinaan skala periodik dapat membentengi penyimpangan perilaku moral agar anak tidak dilematis mengambil suatu keputusan/tinadakan moral untuk mencapai suatu keinginan atau, dan tindakan itu tidak terjebak dalam hal-hal negative akibat dari suatu kemajuan arus perubahan globalisasi.maka orang tua perlu menyadari bahwa ekspresi anak dalam mengaktualisasikan diri dalam berbagai hal semua tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh anak dalam situasi sekarang ini adalah sebuah kemajuan yang penuh dengan persaingan harus diterima dengan positif namun dibalik dari itu akan membawa suatu respons rasa ketidak puasan atau kekecewaan anak terhadap keinginan, tidak dicermati dengan baik maka hal itu akan membawa dampak psikologis bagi anak membrotak membuat mental perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan moral meninggalkan rasa kesal dan tertekan batinia bila ia rasa aman mecari teman untuk menyelesaikan probelema sosial
B.Saran.
1. Bagi Masyarakat :
a. Diperlukan usaha penciptaan kondisi keluarga yang baik di segala bidang seperti peningkatan kesejateraan keluarga dan pembinaan melalui pendidikan agama dapat di intensipkan
b.Di perlukan pengawasan,perlindungan dan pembinaan terhadap pertumbuhan dan kepribadian anak agar perkembangan mental dan fisiknya serasi,selaras dan seimbang
2. Bagi Pemerintah :
Diperlukan kerjasama dan upaya pemerintah untuk menekan seminimal mungkin potensi yang menyebabkan terjadinya kekerasan yang terjadi di kalangan antar pelajar melalui instansi-instansiyang terkait dengan pendidikan anak

3 Bagi Mahasiswa :
• Mahasiswa sebagai generasi muda pemikir dan pembaharu harus selalu tanggap dan kritis serta memberi solusi terhadap setiap fenomena –fenomena social yang terjadi di sekitar kita terutama masala yang menjadi sasaran objek komersilisasi hak anak
• Penulis menyadari bahwa proposal penelitianTentang Faktor Lingkungan Dan Pengaruh Pergaulan Terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar ini masih ada kekurangan dalam penulisan sehingga belum memenuhi harapan para pembaca, untuk lebih menyempurnakan dalam penulisan ini maka,segala usul saran, kritik,maupun pendapat dari teman-teman yang sifatnya konstruktif penulis sangat mengharapkan, terima kasih….Amin














DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Buku
Bambang Y.Mulyana (1984 ) Pendekatan analisis kenakalan anak Remaja Jakarta Kanasius
Bambang Walgito (1982) Kenakalan anak Jogyakarta Yayasan Penerbit FakultasPsikologis UGM
Gerson W.Bawengan (1983) Masalah kejahatan dengan sebab akibat Bandung Pranya Pramita
Hari Suraji (1980) Teknik integral criminal Jakarta Aksara Baru dan Kapitalisme,Yogyakarta :Pustaka Pelajar
Jamil Salim,(2003).Kekerasan Kapitalisme,Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Kartini Kartono (199) Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja Bandung Pradnya Pramita
Lexy JMoleong (2000) Metodeelogi penelitian Kualitatif.Bandung : Remaja Rosdakrya.
Soedarsono (1990) Kenkalan Remaja Jakarta Renaka Cipta
Umiyati (1996) Skripsi Latar Belakang JogyakartaKenakalan RemajaUpaya pembinaan di Lembaga Pemasyaraktan Anak Kutaarjo Yogjakarta : UNY
……………. ( Kitab Undang-Undang Pidana.Jakarta : Bina Aksara
……………. ( Kitab Undang-Undang Perdata Jakarta : Ghlaia Indonesia

B.Surat Kabar
Pos Kupang,…….
Tiomor Ekspres….
Alor Pos…………..
C.Perundang-Undangan
UU.No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Convention UU.No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejateraan Anak
UU.No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
Keputusan Presiden No 36 tahun 1990 Tentang Pengesahan On The Right of the Child











Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan membawa kemajuan di berbagai bidang kehidupan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini di tandai dengan globalissasi informasi di segala bidang dan semakin mudanya masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi.
Salah satunya media informasi yang memberikan kemudahan dalam mencari informasi adalah internet, kehadiran internet dengan berbagai fasilitasnya beragam semakin diminati oleh masyarakat.memang harus kita akui dengan internet masyarakat bisa mendapat kemudahan dalam mengakses informasi yang di perlukan dalam waktu cepat.dengan hadirnya internet menjadikan dunia kita tersa kecil,jarak bukan lagi hambatan akan tetapi selain membawa dampak positif internet juga membawa dampak negative salah satu dampak negative internet adalah terdapat situs porno di internet.fonomena kehadiran situs situs porno ini mengawatirkan masyarkat bisa mengakses situs porno di bilik bilik warnet akibat kemudahan dan kemurahan ini siapapun bisa menikmatinya termasuk anak anak.materi dalam situs porno ini yang dilihat oleh anak anak akan terekam dan membawa pengaruh yang tidak menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak mempengaruhi tindakan mereka itu merupakan hal yang logis mengingat anak adalah golongan yang labil bergerak dan berkembang serta ingin tahu,ingin mencoba dan ingin merekam meskipun itu merupakan tindakan negative secara psikologis seorang remaja berusia 12-21 tahun













DAFTAR ISI


BAB: I. Pendahuluan Halaman
A.Latar Belakang……………………………………………… 1
B.Rumusan Masalah…………………………………………... 5
C.tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………………... 6 BAB:II.Tinjauan Pustaka
A.Perilaku Kekerasan Di Kalangan Pelajar……………………. 7 B.Situasi Lingkungan …………………………………………. 12
C.Teman Pergaulan……………………………………………. 14
D.Defenisi Konsepsional……………………………………... 20
E.Defenisi Operasional………………………………………… 21
BAB:III.Metode Penelitian
A.Jenis Penelitian……………………………………………… 22
B.Populasi Dan Sampel……………………………………….. . 22
C.Teknik Pengambilan Sampel………………………………… 24
D.Teknik Pengumpulan Data…………………………………... 24
E.Metode Analisis Data………………………………………... 26
PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran…………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA

BAB.I
PENDAHULUAN


A .Latar Belakang

Pelajar sebagai bagian masyarakat yang terdidik mempunyai kedudukan yang cukup strategis, karena sebagai calon inteletual muda mereka mampu menjadi agen perubahan sosial (social change ), sekaligus pemberdayaan masyarakat. Sejarah peran pelajar seperti (KAPPI) telah menunjukkan betapa pentingnya peranan pelajar sebagai motor penggerak sebuah perjuangan. Namun di sisi lain pelajar juga mengemban tugas berat untuk kehidupan masa depannya, untuk itu pelajar perlu memberdayakan dirinya melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan jaman, kenakalan dan kejahatan oleh remaja semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Kartini Kartono, (1986 : 3). di kota-kota industri dan kota besar yang berkembang secara fisik, terjadi kasus kejahatan yang jauh lebih banyak daripada masyarakat primitif atau di desa-desa. Dengan demikian ada korelasi antara kemajuan industri dan perkembangan kota dengan meningkatnya berbagai tindak kejahatan, termasuk tindak kejahatan oleh remaja dan pelajar
Gangguan pada remaja (childhood disorders) akan menimbulkan gangguan pada diri pelakunya dan masyarakat, yang bila tidak segera diatasi akan berkembang menjadi kejahatan remaja (juvenile delinquency). Menurut Kartini, (1986 : 4) kejahatan yang dilakukan remaja pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya. Selanjutnya perbuatan ini juga dikategorikan sebagai penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Karena penyakit sosial adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum. Gejala ini hampir selalu terjadi di tengah-tengah masyarakat, maka disebut sebagai pathologi sosial, yang menyebabkan struktur sosial terganggu.
Gangguan terhadap pemuda remaja atau pelajar akan mudah terjadi karena biasanya anak-anak remaja kurang memiliki kontrol diri, suka menegakkan standar tingkah lakunya sendiri dan egoistis, serta terkadang suka meremehkan orang lain. Tindakan yang menyimpang ini dilakukan, pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu untuk mencapai suatu objek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresi. Kekerasan terjadi dimulai dari perbedaan pendapat dan selanjutnya konflik dan puncaknya kekerasan fisik. Pada diri remaja kekerasan fisik selalu menonjol karena gejolak darah mudanya lebih besar.
Sedangkan munculnya perilaku kekerasan pada khususnya, dan perilaku menyimpang pada umumnya, menurut Sutomo, (1995 : 31) bukan berarti pelakunya tidak mengetahui aturan, maka pertanyaan penting adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu bahwa yang dilakukan adalah melanggar aturan., Berbicara tentang motif yang mendorong mereka melakukan tindak kekerasan ada beberapa faktor antara lain :
1. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan.
2. Meningkatnya agresivitas dan dorongan seksual.
3. Salah asuh dan salah didik orang tua, sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya.
4. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru.
5. Kecenderungan pembawaan yang pathologis atau abnormal.
6. Konflik batin sendiri, dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang irrasional.(Kartini Kartono, 1986 :10).

Dari pendapat tersebut diatas, faktor situasi atau lingkungan dan pengaruh pergaulan cukup penting dalam memberikan dorongan akan munculnya perilaku kekerasan dalam diri remaja.
Sementara menurut pendapat Emil H. Tambunan, (1982 : 23) bahwa beberapa faktor dari luar turut mempengaruhi anak itu, faktor dari luar itu termasuk lingkungan, atau masyarakat setempat. Jadi masalah kenakalan remaja bukanlah masalah yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari masalah-masalah sosial lainnya yang dihadapi masyarakat Soejono Soekanto, (1976 : 12). Dengan demikian berbicara mengenai faktor penyebab kenakalan remaja tidak terlepas dari keadaan masyarakat, maka masyarakatlah yang menentukan baik buruknya remaja.
Dalam penelitian ini akan difokuskan pada faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan dengan berbagai keterbatasan baik waktu, tenaga, kesempatan dan dana, sehingga tidak mungkin meneliti semua faktor penyebab munculnya perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Disamping itu, kedua faktor tersebut secara nyata banyak dikaitkan dengan munculnya kekerasan. Dalam hal ini adalah situasi lingkungan dan pergaulan yang yang mengalami gangguan, seperti timbul keretakan hubungan sosial akibat tidak ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan. Karena kenakalan remaja terutama terjadi karena tidak ada persesuaian cita-cita remaja dengan sarana-sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Terlebih lagi di era sekarang ini, semakin sulit seseorang bisa memperoleh berbagai sarana yang dibutuhkan, sebagai akibat munculnya ketidak-adilan dan ketimpangan sosial yang semakin tajam. Pergolakan dan pertikaian di lingkungan masyarakat ini terkadang juga menjengkelkan bagi remaja, sehingga melakukan semacam perlawanan dan pemberontakan, maka perilaku kekerasan tidak bisa dihindari. Demikian juga pergaulan remaja yang semakin tidak terkontrol oleh orang tua juga semakin nyata terjadi, sehingga timbul dampak yang kurang baik, bahkan dapat menjerumuskan remaja dalam berbagai tindak kriminal.
Dalam hal ini difokuskan remaja pelajar, karena seharusnya pelajar dapat memberikan contoh baik bagi remaja pada umumnya sebagai generasi penerus calon inteletual, namun kenyataannya justru pelajar yang sering memberikan contoh adanya kekerasan, seperti munculnya perkelahian pelajar. Pelajar seharusnya jauh dari perilaku kekerasan, tetapi kenyataannya justru banyak melakukan tindakan kekerasan dan pelangaran ketertiban lainnya. Kesenjangan inilah yang menarik untuk dilakukan penelitian dan kajian tentang perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Secara normatif kedudukan pelajar di mata masyarakat diposisikan tinggi dibanding remaja lain yang tidak sekolah, maka idealnya mempunyai sikap dan perilaku yang terpuji dan jauh dari perilaku kekerasan fisik.

B. Rumusan Masalah
Titik tolak penelitian selalu berangkat dari masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Menurut Sutrisno Hadi, (1973 : 4) masalah adalah kesulitan-kesulitan dalam menghadapi sesuatu, adapun masalah umumnya bersumber dari sebab yakni : orang kurang tahu memecahkan masalah dan orang kekuaranangan fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah itu.
Sedangkan menurut Winarno Surachmad, (1990 :34) masalah adalah setiap kesulitan-kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus bisa dirasakan sebagai suatu rintangan yang harus dilalui. Dengan demikian masalah menuntut adanya pemecahan masalah, dan salah satunya dengan jalan penelitian, maka salah satu tujuan penelitian adalah memecahkan masalah.
Selanjutnya menurut Muhammad Hatta (1967 : 14) mengemukakan bahwa ; masalah adalah kejadian atau keadaan yang menimbulkan pertanyaan dalam hati kita tentang kedudukannya, orang tidak puas hanya dengan melihat saja melainkan ingin mengetahuinya lebih dalam. Dengan dirumuskannya masalah, maka akan memudahkan dalam penyelesaian masalah.
Disusunya rumusan masalah bertujuan untuk membatasi penelitian dalam fokus tertentu sesuai dengan topik penelitian. Fokus penelitian ini untuk membatasi peneliti dalam memperoleh data-data akurat karena dengan fokus seorang peneliti mengetahui persisi data mana yang perlu dikumpulkan dan data mana tidak diperlukan.
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana hubungan antara faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.?






















BAB .II

KAJIAN PUSTAKA


Sebelum membahas lebih lanjut variabel-variabel dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan dulu tentang konsep dan teori. Menurut Kerlinger, (1977 : 14) teori adalah segugus konsep, definisi dan proporsi yang berhubungan yang menyatakan suatu pandangan yang sistematis tentang gejala dengan merinci hubungan antara variabel dengan tujuan menjelaskan dan meramalkan fenomena . Sedangkan menurut Sofian Effendi, (1987 : 12) sarana pokok utama untuk menyatakan hubungan sistematis antara fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti adalah teori yaitu rangkaian yang logis dari satu proporsi atau lebih .
Jadi teori adalah serangkaian hubungan yang sistematis antara gejala atau fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti dengan proporsi yang logis dan merupakan pasangan mengenai gejala serta menerima hubungan antara gejala sosial dan observasi yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini akan dipaparkan teori tentang : perilaku kekerasan di kalangan pelajar, situasi lingkungan, teman pergaulan dan pernan keluarga:
1. Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar.
Perilaku kekerasan pelajar adalah bagian dari kenakalan remaja pada umumnya, dalam hal ini sebagai perilaku remaja yang melanggar aturan, norma atau moral masyarakat, yang menimbulkan konflik antara pribadi atau kelompok-kelompok pribadi atau dengan masyarakatnya. Diantara ciri utama perilaku nakal adalah anti sosial, yang antara lain berbentuk vandalisme (perilaku iseng yang menimbulkan gangguan), perilaku merusak harta benda, melanggar tata tertib, membolos, narkoba, perkelahian atau tindakan kekerasan. Segala perilaku tersebut bila dibiarkan bisa menjadi tindakan kriminal.
Generasi muda merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia yang telah ditempatkan posisinya sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional. Idealnya perilaku generasi muda yang sebagian besar pelajar, adalah sesuai dengan norma-norma hukum yang berlaku, bukan sebaliknya bertindak menyimpang dari norma-norma yang ada. Dalam kehidupan remaja atau pelajar selalu dihadapkan pada tiga kutub yakni peran keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Sedangkan interaksi dari ketiga kutub itu akan menentukan perilaku pelajar itu positif atau negatif. Skema dibawah dapat menerangkan fenomena tersebut :









Menurut Kartini Kartono (1986 : 111), penyebab munculnya tindakan kekerasan di kalangan remaja dan pelajar adalah dua faktor : faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau endogen berlangsung lewat proses internalisasi diri yang keliru oleh anak-anak remaja dalam menanggapi pengaruh dari luar. Tingkah laku remaja atau pelajar merupakan reaksi yang salah atau irrasional dari proses belajar dalam bentuk ketidak mampuan mereka melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
Para pelajar dengan mekanisme pelarian diri dan pembelaan diri yang salah dalam bentuk aggresi, pelanggaran, perkelahian, kekerasan dan tindak kriminal lainnya. Pelajar sebagai yang berjiwa muda terkadang tidak mampu mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kesulitan yang dihadapi. Terlebih lagi dihadapkan pada pengaruh dunia luar yang secara kualitas meningkat, seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi.
Menurut Kusnadi (1995 : 307), Masalah perkelahian pelajar tampaknya cenderung menjadi permasalahan kian dilematis belakangan ini. Hal ini sulit dibasmi karena suasana dilematis dan klasik dimana pemuda mudah emosional. Namun disisi lain, lingkungan semakin tidak mendukung terkendalinya sifat emosional pemuda. Hal ini sangat kurang diperhatikan oleh para orang tua, sehingga di kota-kota besar perkalihan pelajar cenderung meningkat baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Yang menjadi persoalannya bukan pada baku hantamnya, tetapi kadang-kadang akibat yang ditimbulkan yang menjurus pada tindak kekerasan fisik dan pengrusakan berbagai fasilitas umum.
Dalam banyak kasus, perkelahian pelajar terkadang disebabkan masalah-masalah yang sepele, dari masalah “cewek”, ejek-mengejek sepulang sekolah, sampai masalah kericuhan pertandingan antar sekolah. Tidak jarang pula, diluar jam-jam sekolah, banyak pelajar yang bergerombol , kongkow-kongkow, sehingga mengundang keisengan yang pada gilirannya menjadi awal perkelahian pelajar. Demikian pula banyaknya waktu luang bagi siswa, besar kemungkinan menjadi faktor penyebab perbuatan macam-macam. Apalagi kurikulum pelajar menengah yang kurang dirangsang pada kegaiatn ekstrakurikuler yang sifatnya ilmiah, namun justru kegiatan kurikuler berbentuk kegitan yang memancing terjadinya keributan, seperti pertandingan olah raga.
Pendapat lain dikemukakan oleh Melly G. Tan (1995 : 308), dewasa ini telah terjadi dehumanisasi yang merasuki sebagian pelajar akibat pengaruh kuatmedia informasi, baik film maupun media massa. Dalam hal ini pengaruh film-film yang kurang mendidik yakni penuh adegan vulgar, sadis, penuh kekerasan, serta adegan banyolan konyol yang merupakan sumber ejek-mengejek. Bahkan pengaruh film kelabu juga dapat mengakibatkan efek berantai terhadap sifat dasar remaja yang selalu ingin tahu dan mencobanya. Pengaruh alkohol dan narkoba, selalu dimulai coba-coba dan ingin tahu, tetapi kemudian menjadi kecanduan. Bila hal ini terjadi maka sulituntuk bisa mengendalikan diri dan terjadilah berbagai tindakan kekerasan.
Sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis, adalah perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada anak-anak remaja. Muncullah berbagai tindakan kekerasan, kejahatan, perkelahian massal dan tindakan kriminal lainnya. Dalam kajian faktor eksternal sebagai penyebab tindakan kriminal dapat dibedakan dalam faktor : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan alam sekitarnya.
Remaja atau pelajar yang masih dalam pancaroba mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus, antara lain : rasa kasih sayang, rasa aman, rasa dihargai, rasa kebebsan yang sesuai dengan masanya, rasa ingin tahu, ingin mengenal, serta ingin belajar dan mempelajari sesuatu yang baru. Dalm kenyataannya, sering kebutuhan para pelajar tidak terpenuhi karena terhalang oleh keadaan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bila dalam diri pelajar sanggup menyesuaikan diri dalam menghadapi problem-problem, maka akan berkembang secara wajar. Namun sebaliknya jika tidak mampu beradaptasi terhadap berbagai permasalahan, maka keadaan emosinya terganggu, dan terjadilan berbagai tindak kekerasan di kalangan pelajar.

2. Situasi Lingkungan
Situasi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan cenderung juga akan menimbulkan perilaku menyimpang dan kerawanan sosial. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah hiburan malam yang berlebihan, minum-minuman keras dan narkoba, prostitusi, pornografi dan tindakan kekerasan lainnya. Pelajar merupakan generasi muda yang lahir dari keluarga yang tumbuh dan berkembang, serta berinteraksi dalam lingkungan pergaulan masyarakat, akan berreaksi dan memberikan respon terhadap situasi yang terjadi pada lingkungannya.
Menurut pendapat Gerungan ( 1991 : 82), situasi sosial pada diri sendiri sudah mempunyai pengaruh tertentu terhadap kegiatan-kegiaan individu dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan yang sama apabila dalam keadaan sendirian; yakni situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyama-ratakan pendapat-pendapat orang yang ada di dalamnya. Jadi situasi sosial seseorang akan mempengaruhi proses yang berlangsung dalam diri individu, baik dalam keputusan, perilaku maupun tindakan yang dilakukan.
Kondisi keluarga atau orang tua dapat diartikan dalam konteks yang luas yakni tidak hanya orang tua di rumah, melainkan juga di luar rumah. Peran orang tua menjadi kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan dan penanganan perilaku menyimpang remaja atau pelajar. Keluarga harus menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan sehat remaja, yakni suasana keluarga yang harmonis (sakinah). Sebaliknya keluarga yang tidak baik atau harmonis, maka resiko anak mengalami gangguan kepribadian dan perilaku menyimpang lebih besar, kondisi keluarga yang dimaksud sebagai berikut : broken home, kesibukan orang tua yang melupakan keluarga, hubungan interpersonal yang buruk dan keluarga kurang kasih sayang.
Lingkungan keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi dan sivilisasi pribadi anak. Karena di tengah keluarga anak belajar mengenal makna cinta kasih, simpati, loyalitas, ideologi, bimbingan dan pendidikan. Keluarga memberikan pengaruh menentukan pada pembentukan watak dan kepribadian anak, dan menjadi unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak Baik buruknya struktur keluarga memberikan dampak baik atau buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak.
Adapun indikator lingkungan keluarga yang kurang mendukung antara lain : ada tidaknya kondisi broken home, perlindungan yang berlebihan terhadap anak (memanjakan),penolakan orang tua (orang tua tidak bertanggung jawab), pengaruh buruk dari orang tua, sehingga anak ikut-ikutan.
Sedangkan lingkungan sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja dapat dirunut dari beberapa aspek, yang antara lain : bangunan tidak memadai, kurang ada tempat bermain, dan berbagai sarana yang terbatas. Akibatnya anak-anak remaja merasa tertekan, apalagi kurikulum yang belum memadai, sehingga kegiatan sekolah hanya duduk dan dengar, tanpa ada kegiatan yang lain. Disamping itu, masyarakat sekitar sekolah juga cukup besar pengaruhnya, sebagai misala lingkungan sekitar SMK Negerei 1 Kalabahi adalah komplek pedagang kakilima, di juga komplek Stadion Kalabahi yang penuh hiruk pikuk juga akan berdampak pada sikap dan perilaku pelajar SMK Negeri 1 Kalabahi

3. Teman Pergaulan
Sejak individu itu dilahirkan di dunia ia selalu berinteraksi dengan individu-individu yang lain di dalam kelompoknya, sehingga dapat membentuk individu menjadi person dan mengubah sifat-sifat aslinya menjadi sifat-sifat kemanusiaan. Hal-hal tersebut terjadi pada suku-suku yang masih sederhana maupun orang-orang modern yang hadir di kota-kota besar selalu berinteraksi diantara teman pergaulan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pergaulan merupakan suatu hubungan yang meliputi tingkah laku individu. Menurut Sherif dan Sherik (1991 : 94), pergaulan adalah suatu unit sosial terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu. Pergaulan bila disorot secara khusus akan memberikan gambaran yang berbeda-beda. Akan terlihat adanya pergaulan yang hanya bersifat sementara, menengah sampai dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Demikian pula sifat pergaulan yang tidak selalu sama, ada pergaulan yang menggambarkan hubungan reaktif saja, seolah-olah hubungan antara dua individu atau lebih hanya terjalin hubungan yang bersifat aksi dan reaksi saja. Namun menurut Gunarsa Singgih ( 1977 : 35), ada pula pergaulan dimana individu-individu yang bersangkutan aktif dan kreatif menciptakan hubungan dimana masing-masing memajukan taraf kehidupannya dan saling menyempurnakan martabatnya. Di samping itu pula ada pergaulan yang bentuknya cenderung bersifat ekspresif, artinya pergaulan yang terjadi karena keinginan untuk mengekspresikan jiwa muda seseorang, yang dalam hal ini kecenderungannya kurang positif, misalnya hura-hura.
Adapun peranan pergaulan dapat kita lihat seperti dikemukakan oleh Baruman PJ (1981 : 21) bahwa, pergaulan itu mempunyai peranan sebagai seluruh pembaharuan kemasyarakatan tiap orang dapat berkembang, jadi sebagi penolong terbentuknya pribadi orang. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pentingnya pergaulan adalah dapat menambah perbagai pengetahuan dan wawasan, sehingga terbentuk sikap dan kepribadian baik itu bersifat positif maupun kurang positif. Jadi pengaruh interaksi dari berbagai individu dalam suatu kelompok atau lingkungan pergaulan akan berpengaruh pada sikap individu atau generasi muda.
Diantara wadah kelompok pergaulan antara lain adalah kelompok bermain, kelompok persahabatan dan kelompok kerja yang kecil, dimana setiap anggota mempunyai ikatan yang erat. Setiap individu dalam kelompok ini menyesuaikan pendapatnya dengan teman-temannya, mungkin ia menyukai atau menghormati mereka atau mungkin pula karena ia ingin sama dengan mereka. Jadi kelompok pergaulan itu mensosialisasikan anggota-anggotanya dengan cara mendorong atau mendesak mereka untuk menyesuaikan diri terhadap sikap-sikap atau tingkah laku yang dianut oleh kelompok itu. Seseorang mungkin menjadi tertarik pada sesuatu perbuatan atau melakukan perbuatan tertentu karena teman-temannya berbuat begitu.
Kelompok pergaulan merupakan salah satu dari beberapa kelompok yang ada pada kelompok sosial. Kelompok sosial dapat digolong-golongkan pula ke dalam macam-macam jenis yaitu kelompok primer dabn kelompok sekunder. Dalam kelompok primer itu terdapat interaksi sosial yang lebih intensif dan lebih erat antara anggotanya daripada kelompok sekunder. Kelompok primer ini juga disebut face to face group, yakni kelompok sosial yang anggota-anggotanya sering berhadapan langsung, saling mengenal dari dekat, dan karena itu saling berhubungan erat. Contohnya adalah keluarga, kelompok bermain, kelompok pergaulan dan sebagainya. Sedangkan kelompok pergaulan sekunder menurut Gerungan ( 1996 : 85), adalah kelompok yang berhubungan tidak langsung, berjauhan dan formil dan kurang bersifat kekeluargaan, misalnya partai politik, serikat kerja dan sebagainya.
Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal dan kelompok informal atau kelompok resmi dan tidak resmi. Ciri-ciri kelompok formal lebih mirip dengan interaksi kelompok sekunder, bercorak pertimbangan-pertimbangan objektif rasional. Contohnya semua perkumpulan yang mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Sedangkan kelompok informal menurut gerungan, (1996 : 87) adalah mirip dengan interaksi kelompok primer dan bersifat kekeluargaan dengan corak simpati. Contohnya sekelompok kawan-kawan atau keluarga, dan kelompok pergaulan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok pergaulan masuk dalam kelompok primer, dan memiliki ciri-ciri sebagai kelompok informal. Kelompok pergaulan merupakan suatu hubungan antara manusia yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi pergaulan ini acap kali menimbulkan persoalan, sehingga justru menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan. Namun bila hubungan ini bisa dikendalikan, maka mempunyai peran yang positif pula.
Adapun peran positif dari kelompok pergaulan menurut Soerjono Soekanto, (1992 : 75) antara lain :
1. Rasa aman dan rasa dianggap penting berasal dari keanggotaan suatu kelompok tertentu, hal mana penting bagi perkembangan jiwa yang sehat.
2. Rasa aman yang ditimbulkan karena individu tersebut diterima oleh kelompoknya akan menimbulkan dorongan untuk hidup secara mandiri, artinya tidak tergantung pada siapapun.
3. Di dalam kelompok tersebut individu dapat menyalurkan rasa kecewanya, rasa takutnya, rasa kawatir, rasa gembira dan lain sebagainya, dengan pendapatnya yang wajar dari rekan-rekannya sekelompok.
4. Kelompok memungkinkan individu mengembangkan kemampuan dalam ketrampilan-ketrampilan sosial, sehingga dia lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
5. Lazimnya suatu kelompok mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong individu untuk bersikap tindak secara dewasa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila kelompok pergaulan itu dikelola secara baik, maka akan mempunyai peran yang cukup baik bagi generasi muda.
Namun dibalik peranan-peranan yang positif itu, harus dipertimbangkan pula bahwa kemungkinantumbuhnya peranan yang negatif tetap akan ada. Kemungkinan terjadinya peranan-peranan negatif itulah yang senantiasa harus dicegah, baik oleh orang tua, para guru dan pihak-pihak lain yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan yang benar dan baik. Adapun dampak negatif dari kelompok pergaulan menurut Soerjono Soekanto, (1992 : 76) antara lain :
1. Kelompok mendorong anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota kelompok, hal ini mungkin menimbulkan sikap tindak yang kurang adil.
2. Kelompok mendorong terjadinya individualisme, oleh karena rasa kepatuhan yang dikembangkan secara pribadi.
3. Kadang-kadang timbul rasa iri hati dari anggota-anggota kelompok yang berasal dari keluarga kurang mampu, erhadap mereka yang berasal dari keluarga yang lebih mampu.
4. Kesetiaan erhadap kelompok kadang-kadang mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan orang tua, saudara atau kerabat.
5. Kelompok merupakan suatu bentuk kelompok yang tertutup yang sulit sekali ditembus, sehingga penilaian terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh pihak luar.
6. Suatu kelompok mendorong anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan pola kehidupan yang sama latar belakangnya, sehingga sulit untuk mengadakan penyesuaian dengan pihak-pihak yang berbeda latar belakangnya.
7. Kadang-kadang ada yang menghambat motivasi perkembangan yang dipengaruhi kelompok.
8. Tuphemisme dipengaruhi kelompok tertentu.

Dengan demikian terkadang kelompok pergaulan juga menimbulkan kesulitan bagi para pelakunya, karena dapat mengganggu kelancaran hidup, bahkan menimbulkan kegoncangan jiwa yang menghambat dan merugikan perkembangan individu yang bersangkutan.
Setiap individu dalam pergaulan tidak selalu dapat disamakan, karena setiap individu mempunyai kepribadian dasar masing-masing yang sesuai dengan sifat, latar belakang yang berbeda-beda untuk setiap orang. Dengan demikian setiap pribadi akan menampilkan dengan cara yang berbeda. Perbedaan adalah penampilan yang khas, itulah yang menjadi sebab daripada tindak tanduk setiap individu yang beraneka ragam dan menyulitkan pengertian orang lain. Maksud dan indak tanduk seseorang tidak mudah ditafsirkan oleh orang lain, bahkan bagi diri sendiri hal ersebut sering tersembunyi dan tidak disadari, dan terjadilah salah paham.
Akhirnya salah paham dan salah pengertian hanya akan menimbulkan perselisihan, pertengkaran dan kekerasan fisik. Untuk menhindari kejadian tersebut, harus diperhatikan beberapa faktor dalam pergaulan sebagai berikut :
1. Pengenalan individu lain : mengenal individu lain bahwa tidak sama dengan diri kita sendiri. Mengenal individu lain berarti berusaha mengetahui sifat-sifat sikap pandangan dan latar belakangnya yang telah membentuk individu lain itu dan yang mendasari kepribadiannya maupun tingkah lakunya.
2. Pengertian terhadap individu lain : mengerti bahwa individu lain memiliki ciri khas, sifat khusus dan latar belakang masing-masing. Adanya perbedaan ini tidak berarti bahwa perbedaan tersebut perlu diubah dengan maksud agar orang lain dipaksa menyamakan dirinya dengan diri kita.
3. Dalam pergaulan, pada setiap individu perlu adanya keterbukaan dari menerima, melalui pertimbangan, apa yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk ilmu, pendapat dan pandangan, membuka jalan pikirannya supaya dapat dimengerti oleh orang lain demi satu kelancaran komunikasi yang baik.
Dengan demikian seseorang mau masuk dalam kelompok pergaulan harus dapat memahami, menerima akan adanya perubahan-perubahan serta adanya peraturan. Bagi generasi muda, kelompok pergaulan ini sangat efektif untuk transformasi berbagai pengetahuan, termasuk didalamnya tindakan dan perilaku pelanggaran dan kekerasan.







BAB .III
METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian
Lolasi yang menjadi objek penelitian adalah di SMK Negeri 1 Kalabahit tentang Faktor Lingkungan dan Pengaaruh Pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar (Suatu Survei) terhadap Siswa SMKNegeri 1 Kalabahi di Desa Lendola Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor Provinsi-NTT. waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan 1 Agustus sampai dengan 30 Oktober 2011
B. Jenis Dan Metode Penelitia
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif karena dalam penelitian peneliti berupaya menggambarkan,memaparkan penyebab faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan dikangan remaja.sebagaimana dikemukakan oleh Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1996 :73),bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan objek penelitian.
C.Subjek Penelitian
Untuk memperoleh gambaran dan informasi yang jelas tentang penyebab terjadinya perilaku tindak kekerasan yang dilakukan oleh remaja pelajar,pemilih dan menentukan subjek penelitian.Dalam penelitian ini teknik penentuan subjek penelitian yang digunakan adalah teknik purposive,yaitu penentuan subjek penelitian berdasarkan pertimbangan atau criteria tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti menentukan subjek penelitian berdsarkan atas kriteri-kriteria dengan tujuan agar subjek penelitian tersebut dapat memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya. adapun yang menjadi kriteria penelitian dalam menentukan subjek penelitian ini adalah : perilaku kekerasan dikalangan pelajar dilakukan dengan pembinaan secara periodic

D.Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Untuk memperoleh data reprensentatif maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara.Menurut Lexy J.Moleong (2002 :135) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu Pewawancara,yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan yang diwawancara (interviewee ).wawancara akan dilakukan kepada anak didik yang telah melakukan tindakan kekerasan untuk mendapatkan data langsung dari subjek penelitian
Sedangkan teknik yang dipergunakan untuk wawancara ini adalah teknik wawancara bebas terpimpin yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan jadi masih di mungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan dengam situasi ketika wawancara berlangsung agar tidak terkesan kaku.peneliti melakukan wawancara bebas terpimpin agar nantinya dalam pelaksanaan dan untuk pendalaman yang lebih lanjut dari pentingnya penelitian.

2. Dokomentasi
Metode dokomentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, nutulen rapat, agenda, dan sebagainya. (Sumarsini Arikento, 2002 : 2006) dokumen berkaitan dengan masalah penelitihan ini diperoleh di SMK negeri 1 Kalabahi.dokumen tersebut yaitu segala dokumentasi yang berhubungan dengan faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.seperti latar belakang keluarga remaja pelajar perilaku tindak kekerasan,latar belakang semua data yang berhubungan dengan status remaja pelajar.

E.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah analisis induktif.analisis ini menilai dan menganalisis data-data yang telah di fokuskan yaitu faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar di SMK Negeri 1 Kalabahi.analisis induktif digunakan dengan cara menganalisis hal-hal khusus untuk selanjutnya di tarik kesimpulan yang objektif sesuai dengan fakta di data, di angket untuk mudah pengembangan dua atau lebih kemudian hasil akhir lalu dikualifikasikan kembali (Suharsini Arikento,1992 : 208) langka-langka menganalisis data untuk menghasilkan kesimpulan induktif pada penelitian kualitatif meliputi reduksi,kategorisasi,dan unitisasi,display data,dan pengambilan kesimpulan.proses analisis data ini dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung dengan pelajari data yang diperoleh dalam penelitian secara apa adanya kemudian di interpretasikan secara kualitatif untuk mengambil kesimpulan dengan menggunakan prinsip induktif.analisis induktif ini digunakan dengan cara menganalisis hal-hal khusus kemudian ditarik kesimpulan umum dan objek,dengan demikian peneliti berangkat dari hal-hal yang harus untuk memperoleh kesimpulan umum.Adapun proses atau langka-langka yang diambil dalam analisis data (Sampiah Faisal 2001:256-258) ini adalah :
1. Reduksi Data .
Data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi merupakan data urutan yang bersifat acak-acakan,untuk itu penelitimelakukan pemecahan dat relavan untuk disajikan dengan memilki data yang dapat menjawab permasalahan mengenai factor penyebab factor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.


2 . Unitisasi Kategorisasi.
Data yang telah disediakan di pilih tersebut kemudian disusun secara sistimatis kedalam unit-unit sesuai dengan sifat masing-masing dengan data menonjolkan hal-hal pokok dan penting unit data yang telah dikumpul,dipilih kembali dikerjakan sesuai kategori yang ada sehingga dapat mengahasilkan gambaran yang jelas.
3 Display Data.
Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi mengadakan laporan sistimatis.dat disajikan dalam bentuk narasi berupa infomasi mengenai penyebab faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar
4. Penelitian Kesimpulan
Dengan melihat kembali tujuan yang dicapai mak data yang telah dikumpulkan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif untuk memperoleh data yang objektif kesimpulan tersebut kemudian diverifikasikan dengan cara melihat kembali tidak menyimpang dari permasalahan peneliti.





BAB .IV
Kesimpulan Dan Saran
A.Kesimpulan
Setelah mempelajari dan menelaa dari berapa kajian literaratur ini bahwa faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekarasan dikalangan pelajar oleh bebarapa pendapat masih sangat relavan dengan kondisi saat ini oleh karena itu orang tua, guru, dan masyarakat mempunyai peranan dan tanggung jawab yang strategis mengawasi serta memberi perhatian yang sesunggunya dalam segala aktivitasnya merupakan komunikasi efektif melakukan hubungan interaksi social baik secara internal maupun eksternal terhadap suatu keinginan/tindakan terhadap diri maupun terhadap orang lain itu benar-benar suatu hal yang sangat positif sehingga harapan dan keyakinan masa depan anak itu memiliki nilai dan moral yang baik terhadap dirinya maupun orang lain, terlebih lagi bagi orang tua maupun keluarga.
Hal ini dapat dilakukan sedini mungkin.melalui berbagai pembinaan skala periodik dapat membentengi penyimpangan perilaku moral agar anak tidak dilematis mengambil suatu keputusan/tinadakan moral untuk mencapai suatu keinginan atau, dan tindakan itu tidak terjebak dalam hal-hal negative akibat dari suatu kemajuan arus perubahan globalisasi.maka orang tua perlu menyadari bahwa ekspresi anak dalam mengaktualisasikan diri dalam berbagai hal semua tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh anak dalam situasi sekarang ini adalah sebuah kemajuan yang penuh dengan persaingan harus diterima dengan positif namun dibalik dari itu akan membawa suatu respons rasa ketidak puasan atau kekecewaan anak terhadap keinginan, tidak dicermati dengan baik maka hal itu akan membawa dampak psikologis bagi anak membrotak membuat mental perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan moral meninggalkan rasa kesal dan tertekan batinia bila ia rasa aman mecari teman untuk menyelesaikan probelema sosial
B.Saran.
1. Bagi Masyarakat :
a. Diperlukan usaha penciptaan kondisi keluarga yang baik di segala bidang seperti peningkatan kesejateraan keluarga dan pembinaan melalui pendidikan agama dapat di intensipkan
b.Di perlukan pengawasan,perlindungan dan pembinaan terhadap pertumbuhan dan kepribadian anak agar perkembangan mental dan fisiknya serasi,selaras dan seimbang
2. Bagi Pemerintah :
Diperlukan kerjasama dan upaya pemerintah untuk menekan seminimal mungkin potensi yang menyebabkan terjadinya kekerasan yang terjadi di kalangan antar pelajar melalui instansi-instansiyang terkait dengan pendidikan anak

3 Bagi Mahasiswa :
• Mahasiswa sebagai generasi muda pemikir dan pembaharu harus selalu tanggap dan kritis serta memberi solusi terhadap setiap fenomena –fenomena social yang terjadi di sekitar kita terutama masala yang menjadi sasaran objek komersilisasi hak anak
• Penulis menyadari bahwa proposal penelitianTentang Faktor Lingkungan Dan Pengaruh Pergaulan Terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar ini masih ada kekurangan dalam penulisan sehingga belum memenuhi harapan para pembaca, untuk lebih menyempurnakan dalam penulisan ini maka,segala usul saran, kritik,maupun pendapat dari teman-teman yang sifatnya konstruktif penulis sangat mengharapkan, terima kasih….Amin














DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Buku
Bambang Y.Mulyana (1984 ) Pendekatan analisis kenakalan anak Remaja Jakarta Kanasius
Bambang Walgito (1982) Kenakalan anak Jogyakarta Yayasan Penerbit FakultasPsikologis UGM
Gerson W.Bawengan (1983) Masalah kejahatan dengan sebab akibat Bandung Pranya Pramita
Hari Suraji (1980) Teknik integral criminal Jakarta Aksara Baru dan Kapitalisme,Yogyakarta :Pustaka Pelajar
Jamil Salim,(2003).Kekerasan Kapitalisme,Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Kartini Kartono (199) Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja Bandung Pradnya Pramita
Lexy JMoleong (2000) Metodeelogi penelitian Kualitatif.Bandung : Remaja Rosdakrya.
Soedarsono (1990) Kenkalan Remaja Jakarta Renaka Cipta
Umiyati (1996) Skripsi Latar Belakang JogyakartaKenakalan RemajaUpaya pembinaan di Lembaga Pemasyaraktan Anak Kutaarjo Yogjakarta : UNY
……………. ( Kitab Undang-Undang Pidana.Jakarta : Bina Aksara
……………. ( Kitab Undang-Undang Perdata Jakarta : Ghlaia Indonesia

B.Surat Kabar
Pos Kupang,…….
Tiomor Ekspres….
Alor Pos…………..
C.Perundang-Undangan
UU.No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Convention UU.No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejateraan Anak
UU.No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
Keputusan Presiden No 36 tahun 1990 Tentang Pengesahan On The Right of the Child











Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan membawa kemajuan di berbagai bidang kehidupan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini di tandai dengan globalissasi informasi di segala bidang dan semakin mudanya masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi.
Salah satunya media informasi yang memberikan kemudahan dalam mencari informasi adalah internet, kehadiran internet dengan berbagai fasilitasnya beragam semakin diminati oleh masyarakat.memang harus kita akui dengan internet masyarakat bisa mendapat kemudahan dalam mengakses informasi yang di perlukan dalam waktu cepat.dengan hadirnya internet menjadikan dunia kita tersa kecil,jarak bukan lagi hambatan akan tetapi selain membawa dampak positif internet juga membawa dampak negative salah satu dampak negative internet adalah terdapat situs porno di internet.fonomena kehadiran situs situs porno ini mengawatirkan masyarkat bisa mengakses situs porno di bilik bilik warnet akibat kemudahan dan kemurahan ini siapapun bisa menikmatinya termasuk anak anak.materi dalam situs porno ini yang dilihat oleh anak anak akan terekam dan membawa pengaruh yang tidak menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak mempengaruhi tindakan mereka itu merupakan hal yang logis mengingat anak adalah golongan yang labil bergerak dan berkembang serta ingin tahu,ingin mencoba dan ingin merekam meskipun itu merupakan tindakan negative secara psikologis seorang remaja berusia 12-21 tahun













DAFTAR ISI


BAB: I. Pendahuluan Halaman
A.Latar Belakang……………………………………………… 1
B.Rumusan Masalah…………………………………………... 5
C.tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………………... 6 BAB:II.Tinjauan Pustaka
A.Perilaku Kekerasan Di Kalangan Pelajar……………………. 7 B.Situasi Lingkungan …………………………………………. 12
C.Teman Pergaulan……………………………………………. 14
D.Defenisi Konsepsional……………………………………... 20
E.Defenisi Operasional………………………………………… 21
BAB:III.Metode Penelitian
A.Jenis Penelitian……………………………………………… 22
B.Populasi Dan Sampel……………………………………….. . 22
C.Teknik Pengambilan Sampel………………………………… 24
D.Teknik Pengumpulan Data…………………………………... 24
E.Metode Analisis Data………………………………………... 26
PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran…………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA

BAB.I
PENDAHULUAN


A .Latar Belakang

Pelajar sebagai bagian masyarakat yang terdidik mempunyai kedudukan yang cukup strategis, karena sebagai calon inteletual muda mereka mampu menjadi agen perubahan sosial (social change ), sekaligus pemberdayaan masyarakat. Sejarah peran pelajar seperti (KAPPI) telah menunjukkan betapa pentingnya peranan pelajar sebagai motor penggerak sebuah perjuangan. Namun di sisi lain pelajar juga mengemban tugas berat untuk kehidupan masa depannya, untuk itu pelajar perlu memberdayakan dirinya melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan jaman, kenakalan dan kejahatan oleh remaja semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Kartini Kartono, (1986 : 3). di kota-kota industri dan kota besar yang berkembang secara fisik, terjadi kasus kejahatan yang jauh lebih banyak daripada masyarakat primitif atau di desa-desa. Dengan demikian ada korelasi antara kemajuan industri dan perkembangan kota dengan meningkatnya berbagai tindak kejahatan, termasuk tindak kejahatan oleh remaja dan pelajar
Gangguan pada remaja (childhood disorders) akan menimbulkan gangguan pada diri pelakunya dan masyarakat, yang bila tidak segera diatasi akan berkembang menjadi kejahatan remaja (juvenile delinquency). Menurut Kartini, (1986 : 4) kejahatan yang dilakukan remaja pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya. Selanjutnya perbuatan ini juga dikategorikan sebagai penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Karena penyakit sosial adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum. Gejala ini hampir selalu terjadi di tengah-tengah masyarakat, maka disebut sebagai pathologi sosial, yang menyebabkan struktur sosial terganggu.
Gangguan terhadap pemuda remaja atau pelajar akan mudah terjadi karena biasanya anak-anak remaja kurang memiliki kontrol diri, suka menegakkan standar tingkah lakunya sendiri dan egoistis, serta terkadang suka meremehkan orang lain. Tindakan yang menyimpang ini dilakukan, pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu untuk mencapai suatu objek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresi. Kekerasan terjadi dimulai dari perbedaan pendapat dan selanjutnya konflik dan puncaknya kekerasan fisik. Pada diri remaja kekerasan fisik selalu menonjol karena gejolak darah mudanya lebih besar.
Sedangkan munculnya perilaku kekerasan pada khususnya, dan perilaku menyimpang pada umumnya, menurut Sutomo, (1995 : 31) bukan berarti pelakunya tidak mengetahui aturan, maka pertanyaan penting adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu bahwa yang dilakukan adalah melanggar aturan., Berbicara tentang motif yang mendorong mereka melakukan tindak kekerasan ada beberapa faktor antara lain :
1. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan.
2. Meningkatnya agresivitas dan dorongan seksual.
3. Salah asuh dan salah didik orang tua, sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya.
4. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru.
5. Kecenderungan pembawaan yang pathologis atau abnormal.
6. Konflik batin sendiri, dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang irrasional.(Kartini Kartono, 1986 :10).

Dari pendapat tersebut diatas, faktor situasi atau lingkungan dan pengaruh pergaulan cukup penting dalam memberikan dorongan akan munculnya perilaku kekerasan dalam diri remaja.
Sementara menurut pendapat Emil H. Tambunan, (1982 : 23) bahwa beberapa faktor dari luar turut mempengaruhi anak itu, faktor dari luar itu termasuk lingkungan, atau masyarakat setempat. Jadi masalah kenakalan remaja bukanlah masalah yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari masalah-masalah sosial lainnya yang dihadapi masyarakat Soejono Soekanto, (1976 : 12). Dengan demikian berbicara mengenai faktor penyebab kenakalan remaja tidak terlepas dari keadaan masyarakat, maka masyarakatlah yang menentukan baik buruknya remaja.
Dalam penelitian ini akan difokuskan pada faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan dengan berbagai keterbatasan baik waktu, tenaga, kesempatan dan dana, sehingga tidak mungkin meneliti semua faktor penyebab munculnya perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Disamping itu, kedua faktor tersebut secara nyata banyak dikaitkan dengan munculnya kekerasan. Dalam hal ini adalah situasi lingkungan dan pergaulan yang yang mengalami gangguan, seperti timbul keretakan hubungan sosial akibat tidak ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan. Karena kenakalan remaja terutama terjadi karena tidak ada persesuaian cita-cita remaja dengan sarana-sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Terlebih lagi di era sekarang ini, semakin sulit seseorang bisa memperoleh berbagai sarana yang dibutuhkan, sebagai akibat munculnya ketidak-adilan dan ketimpangan sosial yang semakin tajam. Pergolakan dan pertikaian di lingkungan masyarakat ini terkadang juga menjengkelkan bagi remaja, sehingga melakukan semacam perlawanan dan pemberontakan, maka perilaku kekerasan tidak bisa dihindari. Demikian juga pergaulan remaja yang semakin tidak terkontrol oleh orang tua juga semakin nyata terjadi, sehingga timbul dampak yang kurang baik, bahkan dapat menjerumuskan remaja dalam berbagai tindak kriminal.
Dalam hal ini difokuskan remaja pelajar, karena seharusnya pelajar dapat memberikan contoh baik bagi remaja pada umumnya sebagai generasi penerus calon inteletual, namun kenyataannya justru pelajar yang sering memberikan contoh adanya kekerasan, seperti munculnya perkelahian pelajar. Pelajar seharusnya jauh dari perilaku kekerasan, tetapi kenyataannya justru banyak melakukan tindakan kekerasan dan pelangaran ketertiban lainnya. Kesenjangan inilah yang menarik untuk dilakukan penelitian dan kajian tentang perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Secara normatif kedudukan pelajar di mata masyarakat diposisikan tinggi dibanding remaja lain yang tidak sekolah, maka idealnya mempunyai sikap dan perilaku yang terpuji dan jauh dari perilaku kekerasan fisik.

B. Rumusan Masalah
Titik tolak penelitian selalu berangkat dari masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Menurut Sutrisno Hadi, (1973 : 4) masalah adalah kesulitan-kesulitan dalam menghadapi sesuatu, adapun masalah umumnya bersumber dari sebab yakni : orang kurang tahu memecahkan masalah dan orang kekuaranangan fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah itu.
Sedangkan menurut Winarno Surachmad, (1990 :34) masalah adalah setiap kesulitan-kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus bisa dirasakan sebagai suatu rintangan yang harus dilalui. Dengan demikian masalah menuntut adanya pemecahan masalah, dan salah satunya dengan jalan penelitian, maka salah satu tujuan penelitian adalah memecahkan masalah.
Selanjutnya menurut Muhammad Hatta (1967 : 14) mengemukakan bahwa ; masalah adalah kejadian atau keadaan yang menimbulkan pertanyaan dalam hati kita tentang kedudukannya, orang tidak puas hanya dengan melihat saja melainkan ingin mengetahuinya lebih dalam. Dengan dirumuskannya masalah, maka akan memudahkan dalam penyelesaian masalah.
Disusunya rumusan masalah bertujuan untuk membatasi penelitian dalam fokus tertentu sesuai dengan topik penelitian. Fokus penelitian ini untuk membatasi peneliti dalam memperoleh data-data akurat karena dengan fokus seorang peneliti mengetahui persisi data mana yang perlu dikumpulkan dan data mana tidak diperlukan.
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana hubungan antara faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.?






















BAB .II

KAJIAN PUSTAKA


Sebelum membahas lebih lanjut variabel-variabel dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan dulu tentang konsep dan teori. Menurut Kerlinger, (1977 : 14) teori adalah segugus konsep, definisi dan proporsi yang berhubungan yang menyatakan suatu pandangan yang sistematis tentang gejala dengan merinci hubungan antara variabel dengan tujuan menjelaskan dan meramalkan fenomena . Sedangkan menurut Sofian Effendi, (1987 : 12) sarana pokok utama untuk menyatakan hubungan sistematis antara fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti adalah teori yaitu rangkaian yang logis dari satu proporsi atau lebih .
Jadi teori adalah serangkaian hubungan yang sistematis antara gejala atau fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti dengan proporsi yang logis dan merupakan pasangan mengenai gejala serta menerima hubungan antara gejala sosial dan observasi yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini akan dipaparkan teori tentang : perilaku kekerasan di kalangan pelajar, situasi lingkungan, teman pergaulan dan pernan keluarga:
1. Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar.
Perilaku kekerasan pelajar adalah bagian dari kenakalan remaja pada umumnya, dalam hal ini sebagai perilaku remaja yang melanggar aturan, norma atau moral masyarakat, yang menimbulkan konflik antara pribadi atau kelompok-kelompok pribadi atau dengan masyarakatnya. Diantara ciri utama perilaku nakal adalah anti sosial, yang antara lain berbentuk vandalisme (perilaku iseng yang menimbulkan gangguan), perilaku merusak harta benda, melanggar tata tertib, membolos, narkoba, perkelahian atau tindakan kekerasan. Segala perilaku tersebut bila dibiarkan bisa menjadi tindakan kriminal.
Generasi muda merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia yang telah ditempatkan posisinya sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional. Idealnya perilaku generasi muda yang sebagian besar pelajar, adalah sesuai dengan norma-norma hukum yang berlaku, bukan sebaliknya bertindak menyimpang dari norma-norma yang ada. Dalam kehidupan remaja atau pelajar selalu dihadapkan pada tiga kutub yakni peran keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Sedangkan interaksi dari ketiga kutub itu akan menentukan perilaku pelajar itu positif atau negatif. Skema dibawah dapat menerangkan fenomena tersebut :









Menurut Kartini Kartono (1986 : 111), penyebab munculnya tindakan kekerasan di kalangan remaja dan pelajar adalah dua faktor : faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau endogen berlangsung lewat proses internalisasi diri yang keliru oleh anak-anak remaja dalam menanggapi pengaruh dari luar. Tingkah laku remaja atau pelajar merupakan reaksi yang salah atau irrasional dari proses belajar dalam bentuk ketidak mampuan mereka melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
Para pelajar dengan mekanisme pelarian diri dan pembelaan diri yang salah dalam bentuk aggresi, pelanggaran, perkelahian, kekerasan dan tindak kriminal lainnya. Pelajar sebagai yang berjiwa muda terkadang tidak mampu mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kesulitan yang dihadapi. Terlebih lagi dihadapkan pada pengaruh dunia luar yang secara kualitas meningkat, seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi.
Menurut Kusnadi (1995 : 307), Masalah perkelahian pelajar tampaknya cenderung menjadi permasalahan kian dilematis belakangan ini. Hal ini sulit dibasmi karena suasana dilematis dan klasik dimana pemuda mudah emosional. Namun disisi lain, lingkungan semakin tidak mendukung terkendalinya sifat emosional pemuda. Hal ini sangat kurang diperhatikan oleh para orang tua, sehingga di kota-kota besar perkalihan pelajar cenderung meningkat baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Yang menjadi persoalannya bukan pada baku hantamnya, tetapi kadang-kadang akibat yang ditimbulkan yang menjurus pada tindak kekerasan fisik dan pengrusakan berbagai fasilitas umum.
Dalam banyak kasus, perkelahian pelajar terkadang disebabkan masalah-masalah yang sepele, dari masalah “cewek”, ejek-mengejek sepulang sekolah, sampai masalah kericuhan pertandingan antar sekolah. Tidak jarang pula, diluar jam-jam sekolah, banyak pelajar yang bergerombol , kongkow-kongkow, sehingga mengundang keisengan yang pada gilirannya menjadi awal perkelahian pelajar. Demikian pula banyaknya waktu luang bagi siswa, besar kemungkinan menjadi faktor penyebab perbuatan macam-macam. Apalagi kurikulum pelajar menengah yang kurang dirangsang pada kegaiatn ekstrakurikuler yang sifatnya ilmiah, namun justru kegiatan kurikuler berbentuk kegitan yang memancing terjadinya keributan, seperti pertandingan olah raga.
Pendapat lain dikemukakan oleh Melly G. Tan (1995 : 308), dewasa ini telah terjadi dehumanisasi yang merasuki sebagian pelajar akibat pengaruh kuatmedia informasi, baik film maupun media massa. Dalam hal ini pengaruh film-film yang kurang mendidik yakni penuh adegan vulgar, sadis, penuh kekerasan, serta adegan banyolan konyol yang merupakan sumber ejek-mengejek. Bahkan pengaruh film kelabu juga dapat mengakibatkan efek berantai terhadap sifat dasar remaja yang selalu ingin tahu dan mencobanya. Pengaruh alkohol dan narkoba, selalu dimulai coba-coba dan ingin tahu, tetapi kemudian menjadi kecanduan. Bila hal ini terjadi maka sulituntuk bisa mengendalikan diri dan terjadilah berbagai tindakan kekerasan.
Sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis, adalah perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada anak-anak remaja. Muncullah berbagai tindakan kekerasan, kejahatan, perkelahian massal dan tindakan kriminal lainnya. Dalam kajian faktor eksternal sebagai penyebab tindakan kriminal dapat dibedakan dalam faktor : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan alam sekitarnya.
Remaja atau pelajar yang masih dalam pancaroba mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus, antara lain : rasa kasih sayang, rasa aman, rasa dihargai, rasa kebebsan yang sesuai dengan masanya, rasa ingin tahu, ingin mengenal, serta ingin belajar dan mempelajari sesuatu yang baru. Dalm kenyataannya, sering kebutuhan para pelajar tidak terpenuhi karena terhalang oleh keadaan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bila dalam diri pelajar sanggup menyesuaikan diri dalam menghadapi problem-problem, maka akan berkembang secara wajar. Namun sebaliknya jika tidak mampu beradaptasi terhadap berbagai permasalahan, maka keadaan emosinya terganggu, dan terjadilan berbagai tindak kekerasan di kalangan pelajar.

2. Situasi Lingkungan
Situasi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan cenderung juga akan menimbulkan perilaku menyimpang dan kerawanan sosial. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah hiburan malam yang berlebihan, minum-minuman keras dan narkoba, prostitusi, pornografi dan tindakan kekerasan lainnya. Pelajar merupakan generasi muda yang lahir dari keluarga yang tumbuh dan berkembang, serta berinteraksi dalam lingkungan pergaulan masyarakat, akan berreaksi dan memberikan respon terhadap situasi yang terjadi pada lingkungannya.
Menurut pendapat Gerungan ( 1991 : 82), situasi sosial pada diri sendiri sudah mempunyai pengaruh tertentu terhadap kegiatan-kegiaan individu dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan yang sama apabila dalam keadaan sendirian; yakni situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyama-ratakan pendapat-pendapat orang yang ada di dalamnya. Jadi situasi sosial seseorang akan mempengaruhi proses yang berlangsung dalam diri individu, baik dalam keputusan, perilaku maupun tindakan yang dilakukan.
Kondisi keluarga atau orang tua dapat diartikan dalam konteks yang luas yakni tidak hanya orang tua di rumah, melainkan juga di luar rumah. Peran orang tua menjadi kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan dan penanganan perilaku menyimpang remaja atau pelajar. Keluarga harus menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan sehat remaja, yakni suasana keluarga yang harmonis (sakinah). Sebaliknya keluarga yang tidak baik atau harmonis, maka resiko anak mengalami gangguan kepribadian dan perilaku menyimpang lebih besar, kondisi keluarga yang dimaksud sebagai berikut : broken home, kesibukan orang tua yang melupakan keluarga, hubungan interpersonal yang buruk dan keluarga kurang kasih sayang.
Lingkungan keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi dan sivilisasi pribadi anak. Karena di tengah keluarga anak belajar mengenal makna cinta kasih, simpati, loyalitas, ideologi, bimbingan dan pendidikan. Keluarga memberikan pengaruh menentukan pada pembentukan watak dan kepribadian anak, dan menjadi unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak Baik buruknya struktur keluarga memberikan dampak baik atau buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak.
Adapun indikator lingkungan keluarga yang kurang mendukung antara lain : ada tidaknya kondisi broken home, perlindungan yang berlebihan terhadap anak (memanjakan),penolakan orang tua (orang tua tidak bertanggung jawab), pengaruh buruk dari orang tua, sehingga anak ikut-ikutan.
Sedangkan lingkungan sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja dapat dirunut dari beberapa aspek, yang antara lain : bangunan tidak memadai, kurang ada tempat bermain, dan berbagai sarana yang terbatas. Akibatnya anak-anak remaja merasa tertekan, apalagi kurikulum yang belum memadai, sehingga kegiatan sekolah hanya duduk dan dengar, tanpa ada kegiatan yang lain. Disamping itu, masyarakat sekitar sekolah juga cukup besar pengaruhnya, sebagai misala lingkungan sekitar SMK Negerei 1 Kalabahi adalah komplek pedagang kakilima, di juga komplek Stadion Kalabahi yang penuh hiruk pikuk juga akan berdampak pada sikap dan perilaku pelajar SMK Negeri 1 Kalabahi

3. Teman Pergaulan
Sejak individu itu dilahirkan di dunia ia selalu berinteraksi dengan individu-individu yang lain di dalam kelompoknya, sehingga dapat membentuk individu menjadi person dan mengubah sifat-sifat aslinya menjadi sifat-sifat kemanusiaan. Hal-hal tersebut terjadi pada suku-suku yang masih sederhana maupun orang-orang modern yang hadir di kota-kota besar selalu berinteraksi diantara teman pergaulan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pergaulan merupakan suatu hubungan yang meliputi tingkah laku individu. Menurut Sherif dan Sherik (1991 : 94), pergaulan adalah suatu unit sosial terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu. Pergaulan bila disorot secara khusus akan memberikan gambaran yang berbeda-beda. Akan terlihat adanya pergaulan yang hanya bersifat sementara, menengah sampai dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Demikian pula sifat pergaulan yang tidak selalu sama, ada pergaulan yang menggambarkan hubungan reaktif saja, seolah-olah hubungan antara dua individu atau lebih hanya terjalin hubungan yang bersifat aksi dan reaksi saja. Namun menurut Gunarsa Singgih ( 1977 : 35), ada pula pergaulan dimana individu-individu yang bersangkutan aktif dan kreatif menciptakan hubungan dimana masing-masing memajukan taraf kehidupannya dan saling menyempurnakan martabatnya. Di samping itu pula ada pergaulan yang bentuknya cenderung bersifat ekspresif, artinya pergaulan yang terjadi karena keinginan untuk mengekspresikan jiwa muda seseorang, yang dalam hal ini kecenderungannya kurang positif, misalnya hura-hura.
Adapun peranan pergaulan dapat kita lihat seperti dikemukakan oleh Baruman PJ (1981 : 21) bahwa, pergaulan itu mempunyai peranan sebagai seluruh pembaharuan kemasyarakatan tiap orang dapat berkembang, jadi sebagi penolong terbentuknya pribadi orang. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pentingnya pergaulan adalah dapat menambah perbagai pengetahuan dan wawasan, sehingga terbentuk sikap dan kepribadian baik itu bersifat positif maupun kurang positif. Jadi pengaruh interaksi dari berbagai individu dalam suatu kelompok atau lingkungan pergaulan akan berpengaruh pada sikap individu atau generasi muda.
Diantara wadah kelompok pergaulan antara lain adalah kelompok bermain, kelompok persahabatan dan kelompok kerja yang kecil, dimana setiap anggota mempunyai ikatan yang erat. Setiap individu dalam kelompok ini menyesuaikan pendapatnya dengan teman-temannya, mungkin ia menyukai atau menghormati mereka atau mungkin pula karena ia ingin sama dengan mereka. Jadi kelompok pergaulan itu mensosialisasikan anggota-anggotanya dengan cara mendorong atau mendesak mereka untuk menyesuaikan diri terhadap sikap-sikap atau tingkah laku yang dianut oleh kelompok itu. Seseorang mungkin menjadi tertarik pada sesuatu perbuatan atau melakukan perbuatan tertentu karena teman-temannya berbuat begitu.
Kelompok pergaulan merupakan salah satu dari beberapa kelompok yang ada pada kelompok sosial. Kelompok sosial dapat digolong-golongkan pula ke dalam macam-macam jenis yaitu kelompok primer dabn kelompok sekunder. Dalam kelompok primer itu terdapat interaksi sosial yang lebih intensif dan lebih erat antara anggotanya daripada kelompok sekunder. Kelompok primer ini juga disebut face to face group, yakni kelompok sosial yang anggota-anggotanya sering berhadapan langsung, saling mengenal dari dekat, dan karena itu saling berhubungan erat. Contohnya adalah keluarga, kelompok bermain, kelompok pergaulan dan sebagainya. Sedangkan kelompok pergaulan sekunder menurut Gerungan ( 1996 : 85), adalah kelompok yang berhubungan tidak langsung, berjauhan dan formil dan kurang bersifat kekeluargaan, misalnya partai politik, serikat kerja dan sebagainya.
Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal dan kelompok informal atau kelompok resmi dan tidak resmi. Ciri-ciri kelompok formal lebih mirip dengan interaksi kelompok sekunder, bercorak pertimbangan-pertimbangan objektif rasional. Contohnya semua perkumpulan yang mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Sedangkan kelompok informal menurut gerungan, (1996 : 87) adalah mirip dengan interaksi kelompok primer dan bersifat kekeluargaan dengan corak simpati. Contohnya sekelompok kawan-kawan atau keluarga, dan kelompok pergaulan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok pergaulan masuk dalam kelompok primer, dan memiliki ciri-ciri sebagai kelompok informal. Kelompok pergaulan merupakan suatu hubungan antara manusia yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi pergaulan ini acap kali menimbulkan persoalan, sehingga justru menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan. Namun bila hubungan ini bisa dikendalikan, maka mempunyai peran yang positif pula.
Adapun peran positif dari kelompok pergaulan menurut Soerjono Soekanto, (1992 : 75) antara lain :
1. Rasa aman dan rasa dianggap penting berasal dari keanggotaan suatu kelompok tertentu, hal mana penting bagi perkembangan jiwa yang sehat.
2. Rasa aman yang ditimbulkan karena individu tersebut diterima oleh kelompoknya akan menimbulkan dorongan untuk hidup secara mandiri, artinya tidak tergantung pada siapapun.
3. Di dalam kelompok tersebut individu dapat menyalurkan rasa kecewanya, rasa takutnya, rasa kawatir, rasa gembira dan lain sebagainya, dengan pendapatnya yang wajar dari rekan-rekannya sekelompok.
4. Kelompok memungkinkan individu mengembangkan kemampuan dalam ketrampilan-ketrampilan sosial, sehingga dia lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
5. Lazimnya suatu kelompok mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong individu untuk bersikap tindak secara dewasa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila kelompok pergaulan itu dikelola secara baik, maka akan mempunyai peran yang cukup baik bagi generasi muda.
Namun dibalik peranan-peranan yang positif itu, harus dipertimbangkan pula bahwa kemungkinantumbuhnya peranan yang negatif tetap akan ada. Kemungkinan terjadinya peranan-peranan negatif itulah yang senantiasa harus dicegah, baik oleh orang tua, para guru dan pihak-pihak lain yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan yang benar dan baik. Adapun dampak negatif dari kelompok pergaulan menurut Soerjono Soekanto, (1992 : 76) antara lain :
1. Kelompok mendorong anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota kelompok, hal ini mungkin menimbulkan sikap tindak yang kurang adil.
2. Kelompok mendorong terjadinya individualisme, oleh karena rasa kepatuhan yang dikembangkan secara pribadi.
3. Kadang-kadang timbul rasa iri hati dari anggota-anggota kelompok yang berasal dari keluarga kurang mampu, erhadap mereka yang berasal dari keluarga yang lebih mampu.
4. Kesetiaan erhadap kelompok kadang-kadang mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan orang tua, saudara atau kerabat.
5. Kelompok merupakan suatu bentuk kelompok yang tertutup yang sulit sekali ditembus, sehingga penilaian terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh pihak luar.
6. Suatu kelompok mendorong anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan pola kehidupan yang sama latar belakangnya, sehingga sulit untuk mengadakan penyesuaian dengan pihak-pihak yang berbeda latar belakangnya.
7. Kadang-kadang ada yang menghambat motivasi perkembangan yang dipengaruhi kelompok.
8. Tuphemisme dipengaruhi kelompok tertentu.

Dengan demikian terkadang kelompok pergaulan juga menimbulkan kesulitan bagi para pelakunya, karena dapat mengganggu kelancaran hidup, bahkan menimbulkan kegoncangan jiwa yang menghambat dan merugikan perkembangan individu yang bersangkutan.
Setiap individu dalam pergaulan tidak selalu dapat disamakan, karena setiap individu mempunyai kepribadian dasar masing-masing yang sesuai dengan sifat, latar belakang yang berbeda-beda untuk setiap orang. Dengan demikian setiap pribadi akan menampilkan dengan cara yang berbeda. Perbedaan adalah penampilan yang khas, itulah yang menjadi sebab daripada tindak tanduk setiap individu yang beraneka ragam dan menyulitkan pengertian orang lain. Maksud dan indak tanduk seseorang tidak mudah ditafsirkan oleh orang lain, bahkan bagi diri sendiri hal ersebut sering tersembunyi dan tidak disadari, dan terjadilah salah paham.
Akhirnya salah paham dan salah pengertian hanya akan menimbulkan perselisihan, pertengkaran dan kekerasan fisik. Untuk menhindari kejadian tersebut, harus diperhatikan beberapa faktor dalam pergaulan sebagai berikut :
1. Pengenalan individu lain : mengenal individu lain bahwa tidak sama dengan diri kita sendiri. Mengenal individu lain berarti berusaha mengetahui sifat-sifat sikap pandangan dan latar belakangnya yang telah membentuk individu lain itu dan yang mendasari kepribadiannya maupun tingkah lakunya.
2. Pengertian terhadap individu lain : mengerti bahwa individu lain memiliki ciri khas, sifat khusus dan latar belakang masing-masing. Adanya perbedaan ini tidak berarti bahwa perbedaan tersebut perlu diubah dengan maksud agar orang lain dipaksa menyamakan dirinya dengan diri kita.
3. Dalam pergaulan, pada setiap individu perlu adanya keterbukaan dari menerima, melalui pertimbangan, apa yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk ilmu, pendapat dan pandangan, membuka jalan pikirannya supaya dapat dimengerti oleh orang lain demi satu kelancaran komunikasi yang baik.
Dengan demikian seseorang mau masuk dalam kelompok pergaulan harus dapat memahami, menerima akan adanya perubahan-perubahan serta adanya peraturan. Bagi generasi muda, kelompok pergaulan ini sangat efektif untuk transformasi berbagai pengetahuan, termasuk didalamnya tindakan dan perilaku pelanggaran dan kekerasan.







BAB .III
METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian
Lolasi yang menjadi objek penelitian adalah di SMK Negeri 1 Kalabahit tentang Faktor Lingkungan dan Pengaaruh Pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar (Suatu Survei) terhadap Siswa SMKNegeri 1 Kalabahi di Desa Lendola Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor Provinsi-NTT. waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan 1 Agustus sampai dengan 30 Oktober 2011
B. Jenis Dan Metode Penelitia
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif karena dalam penelitian peneliti berupaya menggambarkan,memaparkan penyebab faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan dikangan remaja.sebagaimana dikemukakan oleh Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1996 :73),bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan objek penelitian.
C.Subjek Penelitian
Untuk memperoleh gambaran dan informasi yang jelas tentang penyebab terjadinya perilaku tindak kekerasan yang dilakukan oleh remaja pelajar,pemilih dan menentukan subjek penelitian.Dalam penelitian ini teknik penentuan subjek penelitian yang digunakan adalah teknik purposive,yaitu penentuan subjek penelitian berdasarkan pertimbangan atau criteria tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti menentukan subjek penelitian berdsarkan atas kriteri-kriteria dengan tujuan agar subjek penelitian tersebut dapat memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya. adapun yang menjadi kriteria penelitian dalam menentukan subjek penelitian ini adalah : perilaku kekerasan dikalangan pelajar dilakukan dengan pembinaan secara periodic

D.Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Untuk memperoleh data reprensentatif maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara.Menurut Lexy J.Moleong (2002 :135) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu Pewawancara,yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan yang diwawancara (interviewee ).wawancara akan dilakukan kepada anak didik yang telah melakukan tindakan kekerasan untuk mendapatkan data langsung dari subjek penelitian
Sedangkan teknik yang dipergunakan untuk wawancara ini adalah teknik wawancara bebas terpimpin yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan jadi masih di mungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan dengam situasi ketika wawancara berlangsung agar tidak terkesan kaku.peneliti melakukan wawancara bebas terpimpin agar nantinya dalam pelaksanaan dan untuk pendalaman yang lebih lanjut dari pentingnya penelitian.

2. Dokomentasi
Metode dokomentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, nutulen rapat, agenda, dan sebagainya. (Sumarsini Arikento, 2002 : 2006) dokumen berkaitan dengan masalah penelitihan ini diperoleh di SMK negeri 1 Kalabahi.dokumen tersebut yaitu segala dokumentasi yang berhubungan dengan faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.seperti latar belakang keluarga remaja pelajar perilaku tindak kekerasan,latar belakang semua data yang berhubungan dengan status remaja pelajar.

E.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah analisis induktif.analisis ini menilai dan menganalisis data-data yang telah di fokuskan yaitu faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar di SMK Negeri 1 Kalabahi.analisis induktif digunakan dengan cara menganalisis hal-hal khusus untuk selanjutnya di tarik kesimpulan yang objektif sesuai dengan fakta di data, di angket untuk mudah pengembangan dua atau lebih kemudian hasil akhir lalu dikualifikasikan kembali (Suharsini Arikento,1992 : 208) langka-langka menganalisis data untuk menghasilkan kesimpulan induktif pada penelitian kualitatif meliputi reduksi,kategorisasi,dan unitisasi,display data,dan pengambilan kesimpulan.proses analisis data ini dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung dengan pelajari data yang diperoleh dalam penelitian secara apa adanya kemudian di interpretasikan secara kualitatif untuk mengambil kesimpulan dengan menggunakan prinsip induktif.analisis induktif ini digunakan dengan cara menganalisis hal-hal khusus kemudian ditarik kesimpulan umum dan objek,dengan demikian peneliti berangkat dari hal-hal yang harus untuk memperoleh kesimpulan umum.Adapun proses atau langka-langka yang diambil dalam analisis data (Sampiah Faisal 2001:256-258) ini adalah :
1. Reduksi Data .
Data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi merupakan data urutan yang bersifat acak-acakan,untuk itu penelitimelakukan pemecahan dat relavan untuk disajikan dengan memilki data yang dapat menjawab permasalahan mengenai factor penyebab factor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.


2 . Unitisasi Kategorisasi.
Data yang telah disediakan di pilih tersebut kemudian disusun secara sistimatis kedalam unit-unit sesuai dengan sifat masing-masing dengan data menonjolkan hal-hal pokok dan penting unit data yang telah dikumpul,dipilih kembali dikerjakan sesuai kategori yang ada sehingga dapat mengahasilkan gambaran yang jelas.
3 Display Data.
Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi mengadakan laporan sistimatis.dat disajikan dalam bentuk narasi berupa infomasi mengenai penyebab faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar
4. Penelitian Kesimpulan
Dengan melihat kembali tujuan yang dicapai mak data yang telah dikumpulkan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif untuk memperoleh data yang objektif kesimpulan tersebut kemudian diverifikasikan dengan cara melihat kembali tidak menyimpang dari permasalahan peneliti.





BAB .IV
Kesimpulan Dan Saran
A.Kesimpulan
Setelah mempelajari dan menelaa dari berapa kajian literaratur ini bahwa faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekarasan dikalangan pelajar oleh bebarapa pendapat masih sangat relavan dengan kondisi saat ini oleh karena itu orang tua, guru, dan masyarakat mempunyai peranan dan tanggung jawab yang strategis mengawasi serta memberi perhatian yang sesunggunya dalam segala aktivitasnya merupakan komunikasi efektif melakukan hubungan interaksi social baik secara internal maupun eksternal terhadap suatu keinginan/tindakan terhadap diri maupun terhadap orang lain itu benar-benar suatu hal yang sangat positif sehingga harapan dan keyakinan masa depan anak itu memiliki nilai dan moral yang baik terhadap dirinya maupun orang lain, terlebih lagi bagi orang tua maupun keluarga.
Hal ini dapat dilakukan sedini mungkin.melalui berbagai pembinaan skala periodik dapat membentengi penyimpangan perilaku moral agar anak tidak dilematis mengambil suatu keputusan/tinadakan moral untuk mencapai suatu keinginan atau, dan tindakan itu tidak terjebak dalam hal-hal negative akibat dari suatu kemajuan arus perubahan globalisasi.maka orang tua perlu menyadari bahwa ekspresi anak dalam mengaktualisasikan diri dalam berbagai hal semua tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh anak dalam situasi sekarang ini adalah sebuah kemajuan yang penuh dengan persaingan harus diterima dengan positif namun dibalik dari itu akan membawa suatu respons rasa ketidak puasan atau kekecewaan anak terhadap keinginan, tidak dicermati dengan baik maka hal itu akan membawa dampak psikologis bagi anak membrotak membuat mental perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan moral meninggalkan rasa kesal dan tertekan batinia bila ia rasa aman mecari teman untuk menyelesaikan probelema sosial
B.Saran.
1. Bagi Masyarakat :
a. Diperlukan usaha penciptaan kondisi keluarga yang baik di segala bidang seperti peningkatan kesejateraan keluarga dan pembinaan melalui pendidikan agama dapat di intensipkan
b.Di perlukan pengawasan,perlindungan dan pembinaan terhadap pertumbuhan dan kepribadian anak agar perkembangan mental dan fisiknya serasi,selaras dan seimbang
2. Bagi Pemerintah :
Diperlukan kerjasama dan upaya pemerintah untuk menekan seminimal mungkin potensi yang menyebabkan terjadinya kekerasan yang terjadi di kalangan antar pelajar melalui instansi-instansiyang terkait dengan pendidikan anak

3 Bagi Mahasiswa :
• Mahasiswa sebagai generasi muda pemikir dan pembaharu harus selalu tanggap dan kritis serta memberi solusi terhadap setiap fenomena –fenomena social yang terjadi di sekitar kita terutama masala yang menjadi sasaran objek komersilisasi hak anak
• Penulis menyadari bahwa proposal penelitianTentang Faktor Lingkungan Dan Pengaruh Pergaulan Terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar ini masih ada kekurangan dalam penulisan sehingga belum memenuhi harapan para pembaca, untuk lebih menyempurnakan dalam penulisan ini maka,segala usul saran, kritik,maupun pendapat dari teman-teman yang sifatnya konstruktif penulis sangat mengharapkan, terima kasih….Amin














DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Buku
Bambang Y.Mulyana (1984 ) Pendekatan analisis kenakalan anak Remaja Jakarta Kanasius
Bambang Walgito (1982) Kenakalan anak Jogyakarta Yayasan Penerbit FakultasPsikologis UGM
Gerson W.Bawengan (1983) Masalah kejahatan dengan sebab akibat Bandung Pranya Pramita
Hari Suraji (1980) Teknik integral criminal Jakarta Aksara Baru dan Kapitalisme,Yogyakarta :Pustaka Pelajar
Jamil Salim,(2003).Kekerasan Kapitalisme,Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Kartini Kartono (199) Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja Bandung Pradnya Pramita
Lexy JMoleong (2000) Metodeelogi penelitian Kualitatif.Bandung : Remaja Rosdakrya.
Soedarsono (1990) Kenkalan Remaja Jakarta Renaka Cipta
Umiyati (1996) Skripsi Latar Belakang JogyakartaKenakalan RemajaUpaya pembinaan di Lembaga Pemasyaraktan Anak Kutaarjo Yogjakarta : UNY
……………. ( Kitab Undang-Undang Pidana.Jakarta : Bina Aksara
……………. ( Kitab Undang-Undang Perdata Jakarta : Ghlaia Indonesia

B.Surat Kabar
Pos Kupang,…….
Tiomor Ekspres….
Alor Pos…………..
C.Perundang-Undangan
UU.No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Convention UU.No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejateraan Anak
UU.No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
Keputusan Presiden No 36 tahun 1990 Tentang Pengesahan On The Right of the Child











Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan membawa kemajuan di berbagai bidang kehidupan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini di tandai dengan globalissasi informasi di segala bidang dan semakin mudanya masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi.
Salah satunya media informasi yang memberikan kemudahan dalam mencari informasi adalah internet, kehadiran internet dengan berbagai fasilitasnya beragam semakin diminati oleh masyarakat.memang harus kita akui dengan internet masyarakat bisa mendapat kemudahan dalam mengakses informasi yang di perlukan dalam waktu cepat.dengan hadirnya internet menjadikan dunia kita tersa kecil,jarak bukan lagi hambatan akan tetapi selain membawa dampak positif internet juga membawa dampak negative salah satu dampak negative internet adalah terdapat situs porno di internet.fonomena kehadiran situs situs porno ini mengawatirkan masyarkat bisa mengakses situs porno di bilik bilik warnet akibat kemudahan dan kemurahan ini siapapun bisa menikmatinya termasuk anak anak.materi dalam situs porno ini yang dilihat oleh anak anak akan terekam dan membawa pengaruh yang tidak menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak mempengaruhi tindakan mereka itu merupakan hal yang logis mengingat anak adalah golongan yang labil bergerak dan berkembang serta ingin tahu,ingin mencoba dan ingin merekam meskipun itu merupakan tindakan negative secara psikologis seorang remaja berusia 12-21 tahun













DAFTAR ISI


BAB: I. Pendahuluan Halaman
A.Latar Belakang……………………………………………… 1
B.Rumusan Masalah…………………………………………... 5
C.tujuan Dan Manfaat Penelitian……………………………... 6 BAB:II.Tinjauan Pustaka
A.Perilaku Kekerasan Di Kalangan Pelajar……………………. 7 B.Situasi Lingkungan …………………………………………. 12
C.Teman Pergaulan……………………………………………. 14
D.Defenisi Konsepsional……………………………………... 20
E.Defenisi Operasional………………………………………… 21
BAB:III.Metode Penelitian
A.Jenis Penelitian……………………………………………… 22
B.Populasi Dan Sampel……………………………………….. . 22
C.Teknik Pengambilan Sampel………………………………… 24
D.Teknik Pengumpulan Data…………………………………... 24
E.Metode Analisis Data………………………………………... 26
PENUTUP
Kesimpulan Dan Saran…………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA

BAB.I
PENDAHULUAN


A .Latar Belakang

Pelajar sebagai bagian masyarakat yang terdidik mempunyai kedudukan yang cukup strategis, karena sebagai calon inteletual muda mereka mampu menjadi agen perubahan sosial (social change ), sekaligus pemberdayaan masyarakat. Sejarah peran pelajar seperti (KAPPI) telah menunjukkan betapa pentingnya peranan pelajar sebagai motor penggerak sebuah perjuangan. Namun di sisi lain pelajar juga mengemban tugas berat untuk kehidupan masa depannya, untuk itu pelajar perlu memberdayakan dirinya melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan jaman, kenakalan dan kejahatan oleh remaja semakin meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Menurut Kartini Kartono, (1986 : 3). di kota-kota industri dan kota besar yang berkembang secara fisik, terjadi kasus kejahatan yang jauh lebih banyak daripada masyarakat primitif atau di desa-desa. Dengan demikian ada korelasi antara kemajuan industri dan perkembangan kota dengan meningkatnya berbagai tindak kejahatan, termasuk tindak kejahatan oleh remaja dan pelajar
Gangguan pada remaja (childhood disorders) akan menimbulkan gangguan pada diri pelakunya dan masyarakat, yang bila tidak segera diatasi akan berkembang menjadi kejahatan remaja (juvenile delinquency). Menurut Kartini, (1986 : 4) kejahatan yang dilakukan remaja pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya. Selanjutnya perbuatan ini juga dikategorikan sebagai penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Karena penyakit sosial adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat istiadat, hukum formal, atau tidak bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum. Gejala ini hampir selalu terjadi di tengah-tengah masyarakat, maka disebut sebagai pathologi sosial, yang menyebabkan struktur sosial terganggu.
Gangguan terhadap pemuda remaja atau pelajar akan mudah terjadi karena biasanya anak-anak remaja kurang memiliki kontrol diri, suka menegakkan standar tingkah lakunya sendiri dan egoistis, serta terkadang suka meremehkan orang lain. Tindakan yang menyimpang ini dilakukan, pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subjektif, yaitu untuk mencapai suatu objek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresi. Kekerasan terjadi dimulai dari perbedaan pendapat dan selanjutnya konflik dan puncaknya kekerasan fisik. Pada diri remaja kekerasan fisik selalu menonjol karena gejolak darah mudanya lebih besar.
Sedangkan munculnya perilaku kekerasan pada khususnya, dan perilaku menyimpang pada umumnya, menurut Sutomo, (1995 : 31) bukan berarti pelakunya tidak mengetahui aturan, maka pertanyaan penting adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu bahwa yang dilakukan adalah melanggar aturan., Berbicara tentang motif yang mendorong mereka melakukan tindak kekerasan ada beberapa faktor antara lain :
1. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan.
2. Meningkatnya agresivitas dan dorongan seksual.
3. Salah asuh dan salah didik orang tua, sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya.
4. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru.
5. Kecenderungan pembawaan yang pathologis atau abnormal.
6. Konflik batin sendiri, dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang irrasional.(Kartini Kartono, 1986 :10).

Dari pendapat tersebut diatas, faktor situasi atau lingkungan dan pengaruh pergaulan cukup penting dalam memberikan dorongan akan munculnya perilaku kekerasan dalam diri remaja.
Sementara menurut pendapat Emil H. Tambunan, (1982 : 23) bahwa beberapa faktor dari luar turut mempengaruhi anak itu, faktor dari luar itu termasuk lingkungan, atau masyarakat setempat. Jadi masalah kenakalan remaja bukanlah masalah yang berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian dari masalah-masalah sosial lainnya yang dihadapi masyarakat Soejono Soekanto, (1976 : 12). Dengan demikian berbicara mengenai faktor penyebab kenakalan remaja tidak terlepas dari keadaan masyarakat, maka masyarakatlah yang menentukan baik buruknya remaja.
Dalam penelitian ini akan difokuskan pada faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan dengan berbagai keterbatasan baik waktu, tenaga, kesempatan dan dana, sehingga tidak mungkin meneliti semua faktor penyebab munculnya perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Disamping itu, kedua faktor tersebut secara nyata banyak dikaitkan dengan munculnya kekerasan. Dalam hal ini adalah situasi lingkungan dan pergaulan yang yang mengalami gangguan, seperti timbul keretakan hubungan sosial akibat tidak ada kesesuaian antara harapan dan kenyataan. Karena kenakalan remaja terutama terjadi karena tidak ada persesuaian cita-cita remaja dengan sarana-sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Terlebih lagi di era sekarang ini, semakin sulit seseorang bisa memperoleh berbagai sarana yang dibutuhkan, sebagai akibat munculnya ketidak-adilan dan ketimpangan sosial yang semakin tajam. Pergolakan dan pertikaian di lingkungan masyarakat ini terkadang juga menjengkelkan bagi remaja, sehingga melakukan semacam perlawanan dan pemberontakan, maka perilaku kekerasan tidak bisa dihindari. Demikian juga pergaulan remaja yang semakin tidak terkontrol oleh orang tua juga semakin nyata terjadi, sehingga timbul dampak yang kurang baik, bahkan dapat menjerumuskan remaja dalam berbagai tindak kriminal.
Dalam hal ini difokuskan remaja pelajar, karena seharusnya pelajar dapat memberikan contoh baik bagi remaja pada umumnya sebagai generasi penerus calon inteletual, namun kenyataannya justru pelajar yang sering memberikan contoh adanya kekerasan, seperti munculnya perkelahian pelajar. Pelajar seharusnya jauh dari perilaku kekerasan, tetapi kenyataannya justru banyak melakukan tindakan kekerasan dan pelangaran ketertiban lainnya. Kesenjangan inilah yang menarik untuk dilakukan penelitian dan kajian tentang perilaku kekerasan di kalangan pelajar. Secara normatif kedudukan pelajar di mata masyarakat diposisikan tinggi dibanding remaja lain yang tidak sekolah, maka idealnya mempunyai sikap dan perilaku yang terpuji dan jauh dari perilaku kekerasan fisik.

B. Rumusan Masalah
Titik tolak penelitian selalu berangkat dari masalah. Tanpa masalah penelitian itu tidak dapat dilaksanakan. Menurut Sutrisno Hadi, (1973 : 4) masalah adalah kesulitan-kesulitan dalam menghadapi sesuatu, adapun masalah umumnya bersumber dari sebab yakni : orang kurang tahu memecahkan masalah dan orang kekuaranangan fakta-fakta yang berhubungan dengan masalah itu.
Sedangkan menurut Winarno Surachmad, (1990 :34) masalah adalah setiap kesulitan-kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya. Masalah harus bisa dirasakan sebagai suatu rintangan yang harus dilalui. Dengan demikian masalah menuntut adanya pemecahan masalah, dan salah satunya dengan jalan penelitian, maka salah satu tujuan penelitian adalah memecahkan masalah.
Selanjutnya menurut Muhammad Hatta (1967 : 14) mengemukakan bahwa ; masalah adalah kejadian atau keadaan yang menimbulkan pertanyaan dalam hati kita tentang kedudukannya, orang tidak puas hanya dengan melihat saja melainkan ingin mengetahuinya lebih dalam. Dengan dirumuskannya masalah, maka akan memudahkan dalam penyelesaian masalah.
Disusunya rumusan masalah bertujuan untuk membatasi penelitian dalam fokus tertentu sesuai dengan topik penelitian. Fokus penelitian ini untuk membatasi peneliti dalam memperoleh data-data akurat karena dengan fokus seorang peneliti mengetahui persisi data mana yang perlu dikumpulkan dan data mana tidak diperlukan.
Berdasarkan paparan latar belakang masalah tersebut di atas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimana hubungan antara faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.?






















BAB .II

KAJIAN PUSTAKA


Sebelum membahas lebih lanjut variabel-variabel dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan dulu tentang konsep dan teori. Menurut Kerlinger, (1977 : 14) teori adalah segugus konsep, definisi dan proporsi yang berhubungan yang menyatakan suatu pandangan yang sistematis tentang gejala dengan merinci hubungan antara variabel dengan tujuan menjelaskan dan meramalkan fenomena . Sedangkan menurut Sofian Effendi, (1987 : 12) sarana pokok utama untuk menyatakan hubungan sistematis antara fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti adalah teori yaitu rangkaian yang logis dari satu proporsi atau lebih .
Jadi teori adalah serangkaian hubungan yang sistematis antara gejala atau fenomena sosial maupun alami yang hendak diteliti dengan proporsi yang logis dan merupakan pasangan mengenai gejala serta menerima hubungan antara gejala sosial dan observasi yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini akan dipaparkan teori tentang : perilaku kekerasan di kalangan pelajar, situasi lingkungan, teman pergaulan dan pernan keluarga:
1. Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar.
Perilaku kekerasan pelajar adalah bagian dari kenakalan remaja pada umumnya, dalam hal ini sebagai perilaku remaja yang melanggar aturan, norma atau moral masyarakat, yang menimbulkan konflik antara pribadi atau kelompok-kelompok pribadi atau dengan masyarakatnya. Diantara ciri utama perilaku nakal adalah anti sosial, yang antara lain berbentuk vandalisme (perilaku iseng yang menimbulkan gangguan), perilaku merusak harta benda, melanggar tata tertib, membolos, narkoba, perkelahian atau tindakan kekerasan. Segala perilaku tersebut bila dibiarkan bisa menjadi tindakan kriminal.
Generasi muda merupakan bagian terbesar dari penduduk Indonesia yang telah ditempatkan posisinya sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan nasional. Idealnya perilaku generasi muda yang sebagian besar pelajar, adalah sesuai dengan norma-norma hukum yang berlaku, bukan sebaliknya bertindak menyimpang dari norma-norma yang ada. Dalam kehidupan remaja atau pelajar selalu dihadapkan pada tiga kutub yakni peran keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Sedangkan interaksi dari ketiga kutub itu akan menentukan perilaku pelajar itu positif atau negatif. Skema dibawah dapat menerangkan fenomena tersebut :









Menurut Kartini Kartono (1986 : 111), penyebab munculnya tindakan kekerasan di kalangan remaja dan pelajar adalah dua faktor : faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau endogen berlangsung lewat proses internalisasi diri yang keliru oleh anak-anak remaja dalam menanggapi pengaruh dari luar. Tingkah laku remaja atau pelajar merupakan reaksi yang salah atau irrasional dari proses belajar dalam bentuk ketidak mampuan mereka melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar.
Para pelajar dengan mekanisme pelarian diri dan pembelaan diri yang salah dalam bentuk aggresi, pelanggaran, perkelahian, kekerasan dan tindak kriminal lainnya. Pelajar sebagai yang berjiwa muda terkadang tidak mampu mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kesulitan yang dihadapi. Terlebih lagi dihadapkan pada pengaruh dunia luar yang secara kualitas meningkat, seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi.
Menurut Kusnadi (1995 : 307), Masalah perkelahian pelajar tampaknya cenderung menjadi permasalahan kian dilematis belakangan ini. Hal ini sulit dibasmi karena suasana dilematis dan klasik dimana pemuda mudah emosional. Namun disisi lain, lingkungan semakin tidak mendukung terkendalinya sifat emosional pemuda. Hal ini sangat kurang diperhatikan oleh para orang tua, sehingga di kota-kota besar perkalihan pelajar cenderung meningkat baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Yang menjadi persoalannya bukan pada baku hantamnya, tetapi kadang-kadang akibat yang ditimbulkan yang menjurus pada tindak kekerasan fisik dan pengrusakan berbagai fasilitas umum.
Dalam banyak kasus, perkelahian pelajar terkadang disebabkan masalah-masalah yang sepele, dari masalah “cewek”, ejek-mengejek sepulang sekolah, sampai masalah kericuhan pertandingan antar sekolah. Tidak jarang pula, diluar jam-jam sekolah, banyak pelajar yang bergerombol , kongkow-kongkow, sehingga mengundang keisengan yang pada gilirannya menjadi awal perkelahian pelajar. Demikian pula banyaknya waktu luang bagi siswa, besar kemungkinan menjadi faktor penyebab perbuatan macam-macam. Apalagi kurikulum pelajar menengah yang kurang dirangsang pada kegaiatn ekstrakurikuler yang sifatnya ilmiah, namun justru kegiatan kurikuler berbentuk kegitan yang memancing terjadinya keributan, seperti pertandingan olah raga.
Pendapat lain dikemukakan oleh Melly G. Tan (1995 : 308), dewasa ini telah terjadi dehumanisasi yang merasuki sebagian pelajar akibat pengaruh kuatmedia informasi, baik film maupun media massa. Dalam hal ini pengaruh film-film yang kurang mendidik yakni penuh adegan vulgar, sadis, penuh kekerasan, serta adegan banyolan konyol yang merupakan sumber ejek-mengejek. Bahkan pengaruh film kelabu juga dapat mengakibatkan efek berantai terhadap sifat dasar remaja yang selalu ingin tahu dan mencobanya. Pengaruh alkohol dan narkoba, selalu dimulai coba-coba dan ingin tahu, tetapi kemudian menjadi kecanduan. Bila hal ini terjadi maka sulituntuk bisa mengendalikan diri dan terjadilah berbagai tindakan kekerasan.
Sedangkan faktor eksternal meliputi pengaruh alam sekitar, faktor sosial atau faktor sosiologis, adalah perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan tingkah laku tertentu pada anak-anak remaja. Muncullah berbagai tindakan kekerasan, kejahatan, perkelahian massal dan tindakan kriminal lainnya. Dalam kajian faktor eksternal sebagai penyebab tindakan kriminal dapat dibedakan dalam faktor : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan alam sekitarnya.
Remaja atau pelajar yang masih dalam pancaroba mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus, antara lain : rasa kasih sayang, rasa aman, rasa dihargai, rasa kebebsan yang sesuai dengan masanya, rasa ingin tahu, ingin mengenal, serta ingin belajar dan mempelajari sesuatu yang baru. Dalm kenyataannya, sering kebutuhan para pelajar tidak terpenuhi karena terhalang oleh keadaan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Bila dalam diri pelajar sanggup menyesuaikan diri dalam menghadapi problem-problem, maka akan berkembang secara wajar. Namun sebaliknya jika tidak mampu beradaptasi terhadap berbagai permasalahan, maka keadaan emosinya terganggu, dan terjadilan berbagai tindak kekerasan di kalangan pelajar.

2. Situasi Lingkungan
Situasi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan cenderung juga akan menimbulkan perilaku menyimpang dan kerawanan sosial. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah hiburan malam yang berlebihan, minum-minuman keras dan narkoba, prostitusi, pornografi dan tindakan kekerasan lainnya. Pelajar merupakan generasi muda yang lahir dari keluarga yang tumbuh dan berkembang, serta berinteraksi dalam lingkungan pergaulan masyarakat, akan berreaksi dan memberikan respon terhadap situasi yang terjadi pada lingkungannya.
Menurut pendapat Gerungan ( 1991 : 82), situasi sosial pada diri sendiri sudah mempunyai pengaruh tertentu terhadap kegiatan-kegiaan individu dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan yang sama apabila dalam keadaan sendirian; yakni situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyama-ratakan pendapat-pendapat orang yang ada di dalamnya. Jadi situasi sosial seseorang akan mempengaruhi proses yang berlangsung dalam diri individu, baik dalam keputusan, perilaku maupun tindakan yang dilakukan.
Kondisi keluarga atau orang tua dapat diartikan dalam konteks yang luas yakni tidak hanya orang tua di rumah, melainkan juga di luar rumah. Peran orang tua menjadi kunci keberhasilan dalam upaya pencegahan dan penanganan perilaku menyimpang remaja atau pelajar. Keluarga harus menciptakan suasana yang kondusif bagi perkembangan sehat remaja, yakni suasana keluarga yang harmonis (sakinah). Sebaliknya keluarga yang tidak baik atau harmonis, maka resiko anak mengalami gangguan kepribadian dan perilaku menyimpang lebih besar, kondisi keluarga yang dimaksud sebagai berikut : broken home, kesibukan orang tua yang melupakan keluarga, hubungan interpersonal yang buruk dan keluarga kurang kasih sayang.
Lingkungan keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi dan sivilisasi pribadi anak. Karena di tengah keluarga anak belajar mengenal makna cinta kasih, simpati, loyalitas, ideologi, bimbingan dan pendidikan. Keluarga memberikan pengaruh menentukan pada pembentukan watak dan kepribadian anak, dan menjadi unit sosial terkecil yang memberikan pondasi primer bagi perkembangan anak Baik buruknya struktur keluarga memberikan dampak baik atau buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak.
Adapun indikator lingkungan keluarga yang kurang mendukung antara lain : ada tidaknya kondisi broken home, perlindungan yang berlebihan terhadap anak (memanjakan),penolakan orang tua (orang tua tidak bertanggung jawab), pengaruh buruk dari orang tua, sehingga anak ikut-ikutan.
Sedangkan lingkungan sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja dapat dirunut dari beberapa aspek, yang antara lain : bangunan tidak memadai, kurang ada tempat bermain, dan berbagai sarana yang terbatas. Akibatnya anak-anak remaja merasa tertekan, apalagi kurikulum yang belum memadai, sehingga kegiatan sekolah hanya duduk dan dengar, tanpa ada kegiatan yang lain. Disamping itu, masyarakat sekitar sekolah juga cukup besar pengaruhnya, sebagai misala lingkungan sekitar SMK Negerei 1 Kalabahi adalah komplek pedagang kakilima, di juga komplek Stadion Kalabahi yang penuh hiruk pikuk juga akan berdampak pada sikap dan perilaku pelajar SMK Negeri 1 Kalabahi

3. Teman Pergaulan
Sejak individu itu dilahirkan di dunia ia selalu berinteraksi dengan individu-individu yang lain di dalam kelompoknya, sehingga dapat membentuk individu menjadi person dan mengubah sifat-sifat aslinya menjadi sifat-sifat kemanusiaan. Hal-hal tersebut terjadi pada suku-suku yang masih sederhana maupun orang-orang modern yang hadir di kota-kota besar selalu berinteraksi diantara teman pergaulan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pergaulan merupakan suatu hubungan yang meliputi tingkah laku individu. Menurut Sherif dan Sherik (1991 : 94), pergaulan adalah suatu unit sosial terdiri dari dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok itu. Pergaulan bila disorot secara khusus akan memberikan gambaran yang berbeda-beda. Akan terlihat adanya pergaulan yang hanya bersifat sementara, menengah sampai dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Demikian pula sifat pergaulan yang tidak selalu sama, ada pergaulan yang menggambarkan hubungan reaktif saja, seolah-olah hubungan antara dua individu atau lebih hanya terjalin hubungan yang bersifat aksi dan reaksi saja. Namun menurut Gunarsa Singgih ( 1977 : 35), ada pula pergaulan dimana individu-individu yang bersangkutan aktif dan kreatif menciptakan hubungan dimana masing-masing memajukan taraf kehidupannya dan saling menyempurnakan martabatnya. Di samping itu pula ada pergaulan yang bentuknya cenderung bersifat ekspresif, artinya pergaulan yang terjadi karena keinginan untuk mengekspresikan jiwa muda seseorang, yang dalam hal ini kecenderungannya kurang positif, misalnya hura-hura.
Adapun peranan pergaulan dapat kita lihat seperti dikemukakan oleh Baruman PJ (1981 : 21) bahwa, pergaulan itu mempunyai peranan sebagai seluruh pembaharuan kemasyarakatan tiap orang dapat berkembang, jadi sebagi penolong terbentuknya pribadi orang. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pentingnya pergaulan adalah dapat menambah perbagai pengetahuan dan wawasan, sehingga terbentuk sikap dan kepribadian baik itu bersifat positif maupun kurang positif. Jadi pengaruh interaksi dari berbagai individu dalam suatu kelompok atau lingkungan pergaulan akan berpengaruh pada sikap individu atau generasi muda.
Diantara wadah kelompok pergaulan antara lain adalah kelompok bermain, kelompok persahabatan dan kelompok kerja yang kecil, dimana setiap anggota mempunyai ikatan yang erat. Setiap individu dalam kelompok ini menyesuaikan pendapatnya dengan teman-temannya, mungkin ia menyukai atau menghormati mereka atau mungkin pula karena ia ingin sama dengan mereka. Jadi kelompok pergaulan itu mensosialisasikan anggota-anggotanya dengan cara mendorong atau mendesak mereka untuk menyesuaikan diri terhadap sikap-sikap atau tingkah laku yang dianut oleh kelompok itu. Seseorang mungkin menjadi tertarik pada sesuatu perbuatan atau melakukan perbuatan tertentu karena teman-temannya berbuat begitu.
Kelompok pergaulan merupakan salah satu dari beberapa kelompok yang ada pada kelompok sosial. Kelompok sosial dapat digolong-golongkan pula ke dalam macam-macam jenis yaitu kelompok primer dabn kelompok sekunder. Dalam kelompok primer itu terdapat interaksi sosial yang lebih intensif dan lebih erat antara anggotanya daripada kelompok sekunder. Kelompok primer ini juga disebut face to face group, yakni kelompok sosial yang anggota-anggotanya sering berhadapan langsung, saling mengenal dari dekat, dan karena itu saling berhubungan erat. Contohnya adalah keluarga, kelompok bermain, kelompok pergaulan dan sebagainya. Sedangkan kelompok pergaulan sekunder menurut Gerungan ( 1996 : 85), adalah kelompok yang berhubungan tidak langsung, berjauhan dan formil dan kurang bersifat kekeluargaan, misalnya partai politik, serikat kerja dan sebagainya.
Terdapat pula pembagian kelompok sosial ke dalam kelompok formal dan kelompok informal atau kelompok resmi dan tidak resmi. Ciri-ciri kelompok formal lebih mirip dengan interaksi kelompok sekunder, bercorak pertimbangan-pertimbangan objektif rasional. Contohnya semua perkumpulan yang mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Sedangkan kelompok informal menurut gerungan, (1996 : 87) adalah mirip dengan interaksi kelompok primer dan bersifat kekeluargaan dengan corak simpati. Contohnya sekelompok kawan-kawan atau keluarga, dan kelompok pergaulan.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok pergaulan masuk dalam kelompok primer, dan memiliki ciri-ciri sebagai kelompok informal. Kelompok pergaulan merupakan suatu hubungan antara manusia yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi pergaulan ini acap kali menimbulkan persoalan, sehingga justru menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan. Namun bila hubungan ini bisa dikendalikan, maka mempunyai peran yang positif pula.
Adapun peran positif dari kelompok pergaulan menurut Soerjono Soekanto, (1992 : 75) antara lain :
1. Rasa aman dan rasa dianggap penting berasal dari keanggotaan suatu kelompok tertentu, hal mana penting bagi perkembangan jiwa yang sehat.
2. Rasa aman yang ditimbulkan karena individu tersebut diterima oleh kelompoknya akan menimbulkan dorongan untuk hidup secara mandiri, artinya tidak tergantung pada siapapun.
3. Di dalam kelompok tersebut individu dapat menyalurkan rasa kecewanya, rasa takutnya, rasa kawatir, rasa gembira dan lain sebagainya, dengan pendapatnya yang wajar dari rekan-rekannya sekelompok.
4. Kelompok memungkinkan individu mengembangkan kemampuan dalam ketrampilan-ketrampilan sosial, sehingga dia lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
5. Lazimnya suatu kelompok mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong individu untuk bersikap tindak secara dewasa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa apabila kelompok pergaulan itu dikelola secara baik, maka akan mempunyai peran yang cukup baik bagi generasi muda.
Namun dibalik peranan-peranan yang positif itu, harus dipertimbangkan pula bahwa kemungkinantumbuhnya peranan yang negatif tetap akan ada. Kemungkinan terjadinya peranan-peranan negatif itulah yang senantiasa harus dicegah, baik oleh orang tua, para guru dan pihak-pihak lain yang merasa bertanggung jawab terhadap masa depan yang benar dan baik. Adapun dampak negatif dari kelompok pergaulan menurut Soerjono Soekanto, (1992 : 76) antara lain :
1. Kelompok mendorong anggotanya untuk bersikap diskriminatif terhadap bukan anggota kelompok, hal ini mungkin menimbulkan sikap tindak yang kurang adil.
2. Kelompok mendorong terjadinya individualisme, oleh karena rasa kepatuhan yang dikembangkan secara pribadi.
3. Kadang-kadang timbul rasa iri hati dari anggota-anggota kelompok yang berasal dari keluarga kurang mampu, erhadap mereka yang berasal dari keluarga yang lebih mampu.
4. Kesetiaan erhadap kelompok kadang-kadang mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan orang tua, saudara atau kerabat.
5. Kelompok merupakan suatu bentuk kelompok yang tertutup yang sulit sekali ditembus, sehingga penilaian terhadap sikap tindak anggotanya sukar dilakukan oleh pihak luar.
6. Suatu kelompok mendorong anggota-anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan pola kehidupan yang sama latar belakangnya, sehingga sulit untuk mengadakan penyesuaian dengan pihak-pihak yang berbeda latar belakangnya.
7. Kadang-kadang ada yang menghambat motivasi perkembangan yang dipengaruhi kelompok.
8. Tuphemisme dipengaruhi kelompok tertentu.

Dengan demikian terkadang kelompok pergaulan juga menimbulkan kesulitan bagi para pelakunya, karena dapat mengganggu kelancaran hidup, bahkan menimbulkan kegoncangan jiwa yang menghambat dan merugikan perkembangan individu yang bersangkutan.
Setiap individu dalam pergaulan tidak selalu dapat disamakan, karena setiap individu mempunyai kepribadian dasar masing-masing yang sesuai dengan sifat, latar belakang yang berbeda-beda untuk setiap orang. Dengan demikian setiap pribadi akan menampilkan dengan cara yang berbeda. Perbedaan adalah penampilan yang khas, itulah yang menjadi sebab daripada tindak tanduk setiap individu yang beraneka ragam dan menyulitkan pengertian orang lain. Maksud dan indak tanduk seseorang tidak mudah ditafsirkan oleh orang lain, bahkan bagi diri sendiri hal ersebut sering tersembunyi dan tidak disadari, dan terjadilah salah paham.
Akhirnya salah paham dan salah pengertian hanya akan menimbulkan perselisihan, pertengkaran dan kekerasan fisik. Untuk menhindari kejadian tersebut, harus diperhatikan beberapa faktor dalam pergaulan sebagai berikut :
1. Pengenalan individu lain : mengenal individu lain bahwa tidak sama dengan diri kita sendiri. Mengenal individu lain berarti berusaha mengetahui sifat-sifat sikap pandangan dan latar belakangnya yang telah membentuk individu lain itu dan yang mendasari kepribadiannya maupun tingkah lakunya.
2. Pengertian terhadap individu lain : mengerti bahwa individu lain memiliki ciri khas, sifat khusus dan latar belakang masing-masing. Adanya perbedaan ini tidak berarti bahwa perbedaan tersebut perlu diubah dengan maksud agar orang lain dipaksa menyamakan dirinya dengan diri kita.
3. Dalam pergaulan, pada setiap individu perlu adanya keterbukaan dari menerima, melalui pertimbangan, apa yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk ilmu, pendapat dan pandangan, membuka jalan pikirannya supaya dapat dimengerti oleh orang lain demi satu kelancaran komunikasi yang baik.
Dengan demikian seseorang mau masuk dalam kelompok pergaulan harus dapat memahami, menerima akan adanya perubahan-perubahan serta adanya peraturan. Bagi generasi muda, kelompok pergaulan ini sangat efektif untuk transformasi berbagai pengetahuan, termasuk didalamnya tindakan dan perilaku pelanggaran dan kekerasan.







BAB .III
METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian
Lolasi yang menjadi objek penelitian adalah di SMK Negeri 1 Kalabahit tentang Faktor Lingkungan dan Pengaaruh Pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar (Suatu Survei) terhadap Siswa SMKNegeri 1 Kalabahi di Desa Lendola Kecamatan Teluk Mutiara Kabupaten Alor Provinsi-NTT. waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan 1 Agustus sampai dengan 30 Oktober 2011
B. Jenis Dan Metode Penelitia
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan pendekatan metode kualitatif karena dalam penelitian peneliti berupaya menggambarkan,memaparkan penyebab faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan dikangan remaja.sebagaimana dikemukakan oleh Hadari Nawawi dan Mimi Martini (1996 :73),bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan objek penelitian.
C.Subjek Penelitian
Untuk memperoleh gambaran dan informasi yang jelas tentang penyebab terjadinya perilaku tindak kekerasan yang dilakukan oleh remaja pelajar,pemilih dan menentukan subjek penelitian.Dalam penelitian ini teknik penentuan subjek penelitian yang digunakan adalah teknik purposive,yaitu penentuan subjek penelitian berdasarkan pertimbangan atau criteria tertentu.
Dalam penelitian ini peneliti menentukan subjek penelitian berdsarkan atas kriteri-kriteria dengan tujuan agar subjek penelitian tersebut dapat memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya. adapun yang menjadi kriteria penelitian dalam menentukan subjek penelitian ini adalah : perilaku kekerasan dikalangan pelajar dilakukan dengan pembinaan secara periodic

D.Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Untuk memperoleh data reprensentatif maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara.Menurut Lexy J.Moleong (2002 :135) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu Pewawancara,yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan yang diwawancara (interviewee ).wawancara akan dilakukan kepada anak didik yang telah melakukan tindakan kekerasan untuk mendapatkan data langsung dari subjek penelitian
Sedangkan teknik yang dipergunakan untuk wawancara ini adalah teknik wawancara bebas terpimpin yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan jadi masih di mungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan dengam situasi ketika wawancara berlangsung agar tidak terkesan kaku.peneliti melakukan wawancara bebas terpimpin agar nantinya dalam pelaksanaan dan untuk pendalaman yang lebih lanjut dari pentingnya penelitian.

2. Dokomentasi
Metode dokomentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, nutulen rapat, agenda, dan sebagainya. (Sumarsini Arikento, 2002 : 2006) dokumen berkaitan dengan masalah penelitihan ini diperoleh di SMK negeri 1 Kalabahi.dokumen tersebut yaitu segala dokumentasi yang berhubungan dengan faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.seperti latar belakang keluarga remaja pelajar perilaku tindak kekerasan,latar belakang semua data yang berhubungan dengan status remaja pelajar.

E.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah analisis induktif.analisis ini menilai dan menganalisis data-data yang telah di fokuskan yaitu faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar di SMK Negeri 1 Kalabahi.analisis induktif digunakan dengan cara menganalisis hal-hal khusus untuk selanjutnya di tarik kesimpulan yang objektif sesuai dengan fakta di data, di angket untuk mudah pengembangan dua atau lebih kemudian hasil akhir lalu dikualifikasikan kembali (Suharsini Arikento,1992 : 208) langka-langka menganalisis data untuk menghasilkan kesimpulan induktif pada penelitian kualitatif meliputi reduksi,kategorisasi,dan unitisasi,display data,dan pengambilan kesimpulan.proses analisis data ini dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung dengan pelajari data yang diperoleh dalam penelitian secara apa adanya kemudian di interpretasikan secara kualitatif untuk mengambil kesimpulan dengan menggunakan prinsip induktif.analisis induktif ini digunakan dengan cara menganalisis hal-hal khusus kemudian ditarik kesimpulan umum dan objek,dengan demikian peneliti berangkat dari hal-hal yang harus untuk memperoleh kesimpulan umum.Adapun proses atau langka-langka yang diambil dalam analisis data (Sampiah Faisal 2001:256-258) ini adalah :
1. Reduksi Data .
Data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi merupakan data urutan yang bersifat acak-acakan,untuk itu penelitimelakukan pemecahan dat relavan untuk disajikan dengan memilki data yang dapat menjawab permasalahan mengenai factor penyebab factor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar.


2 . Unitisasi Kategorisasi.
Data yang telah disediakan di pilih tersebut kemudian disusun secara sistimatis kedalam unit-unit sesuai dengan sifat masing-masing dengan data menonjolkan hal-hal pokok dan penting unit data yang telah dikumpul,dipilih kembali dikerjakan sesuai kategori yang ada sehingga dapat mengahasilkan gambaran yang jelas.
3 Display Data.
Pada tahap ini peneliti menyajikan data yang telah direduksi mengadakan laporan sistimatis.dat disajikan dalam bentuk narasi berupa infomasi mengenai penyebab faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekerasan di kalangan pelajar
4. Penelitian Kesimpulan
Dengan melihat kembali tujuan yang dicapai mak data yang telah dikumpulkan ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif untuk memperoleh data yang objektif kesimpulan tersebut kemudian diverifikasikan dengan cara melihat kembali tidak menyimpang dari permasalahan peneliti.





BAB .IV
Kesimpulan Dan Saran
A.Kesimpulan
Setelah mempelajari dan menelaa dari berapa kajian literaratur ini bahwa faktor lingkungan dan pengaruh pergaulan terhadap perilaku kekarasan dikalangan pelajar oleh bebarapa pendapat masih sangat relavan dengan kondisi saat ini oleh karena itu orang tua, guru, dan masyarakat mempunyai peranan dan tanggung jawab yang strategis mengawasi serta memberi perhatian yang sesunggunya dalam segala aktivitasnya merupakan komunikasi efektif melakukan hubungan interaksi social baik secara internal maupun eksternal terhadap suatu keinginan/tindakan terhadap diri maupun terhadap orang lain itu benar-benar suatu hal yang sangat positif sehingga harapan dan keyakinan masa depan anak itu memiliki nilai dan moral yang baik terhadap dirinya maupun orang lain, terlebih lagi bagi orang tua maupun keluarga.
Hal ini dapat dilakukan sedini mungkin.melalui berbagai pembinaan skala periodik dapat membentengi penyimpangan perilaku moral agar anak tidak dilematis mengambil suatu keputusan/tinadakan moral untuk mencapai suatu keinginan atau, dan tindakan itu tidak terjebak dalam hal-hal negative akibat dari suatu kemajuan arus perubahan globalisasi.maka orang tua perlu menyadari bahwa ekspresi anak dalam mengaktualisasikan diri dalam berbagai hal semua tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh anak dalam situasi sekarang ini adalah sebuah kemajuan yang penuh dengan persaingan harus diterima dengan positif namun dibalik dari itu akan membawa suatu respons rasa ketidak puasan atau kekecewaan anak terhadap keinginan, tidak dicermati dengan baik maka hal itu akan membawa dampak psikologis bagi anak membrotak membuat mental perilaku yang tidak sesuai dengan nilai dan moral meninggalkan rasa kesal dan tertekan batinia bila ia rasa aman mecari teman untuk menyelesaikan probelema sosial
B.Saran.
1. Bagi Masyarakat :
a. Diperlukan usaha penciptaan kondisi keluarga yang baik di segala bidang seperti peningkatan kesejateraan keluarga dan pembinaan melalui pendidikan agama dapat di intensipkan
b.Di perlukan pengawasan,perlindungan dan pembinaan terhadap pertumbuhan dan kepribadian anak agar perkembangan mental dan fisiknya serasi,selaras dan seimbang
2. Bagi Pemerintah :
Diperlukan kerjasama dan upaya pemerintah untuk menekan seminimal mungkin potensi yang menyebabkan terjadinya kekerasan yang terjadi di kalangan antar pelajar melalui instansi-instansiyang terkait dengan pendidikan anak

3 Bagi Mahasiswa :
• Mahasiswa sebagai generasi muda pemikir dan pembaharu harus selalu tanggap dan kritis serta memberi solusi terhadap setiap fenomena –fenomena social yang terjadi di sekitar kita terutama masala yang menjadi sasaran objek komersilisasi hak anak
• Penulis menyadari bahwa proposal penelitianTentang Faktor Lingkungan Dan Pengaruh Pergaulan Terhadap Perilaku Kekerasan di Kalangan Pelajar ini masih ada kekurangan dalam penulisan sehingga belum memenuhi harapan para pembaca, untuk lebih menyempurnakan dalam penulisan ini maka,segala usul saran, kritik,maupun pendapat dari teman-teman yang sifatnya konstruktif penulis sangat mengharapkan, terima kasih….Amin














DAFTAR PUSTAKA
A. Daftar Buku
Bambang Y.Mulyana (1984 ) Pendekatan analisis kenakalan anak Remaja Jakarta Kanasius
Bambang Walgito (1982) Kenakalan anak Jogyakarta Yayasan Penerbit FakultasPsikologis UGM
Gerson W.Bawengan (1983) Masalah kejahatan dengan sebab akibat Bandung Pranya Pramita
Hari Suraji (1980) Teknik integral criminal Jakarta Aksara Baru dan Kapitalisme,Yogyakarta :Pustaka Pelajar
Jamil Salim,(2003).Kekerasan Kapitalisme,Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Kartini Kartono (199) Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja Bandung Pradnya Pramita
Lexy JMoleong (2000) Metodeelogi penelitian Kualitatif.Bandung : Remaja Rosdakrya.
Soedarsono (1990) Kenkalan Remaja Jakarta Renaka Cipta
Umiyati (1996) Skripsi Latar Belakang JogyakartaKenakalan RemajaUpaya pembinaan di Lembaga Pemasyaraktan Anak Kutaarjo Yogjakarta : UNY
……………. ( Kitab Undang-Undang Pidana.Jakarta : Bina Aksara
……………. ( Kitab Undang-Undang Perdata Jakarta : Ghlaia Indonesia

B.Surat Kabar
Pos Kupang,…….
Tiomor Ekspres….
Alor Pos…………..
C.Perundang-Undangan
UU.No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Convention UU.No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejateraan Anak
UU.No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak
Keputusan Presiden No 36 tahun 1990 Tentang Pengesahan On The Right of the Child











Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan membawa kemajuan di berbagai bidang kehidupan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini di tandai dengan globalissasi informasi di segala bidang dan semakin mudanya masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi.
Salah satunya media informasi yang memberikan kemudahan dalam mencari informasi adalah internet, kehadiran internet dengan berbagai fasilitasnya beragam semakin diminati oleh masyarakat.memang harus kita akui dengan internet masyarakat bisa mendapat kemudahan dalam mengakses informasi yang di perlukan dalam waktu cepat.dengan hadirnya internet menjadikan dunia kita tersa kecil,jarak bukan lagi hambatan akan tetapi selain membawa dampak positif internet juga membawa dampak negative salah satu dampak negative internet adalah terdapat situs porno di internet.fonomena kehadiran situs situs porno ini mengawatirkan masyarkat bisa mengakses situs porno di bilik bilik warnet akibat kemudahan dan kemurahan ini siapapun bisa menikmatinya termasuk anak anak.materi dalam situs porno ini yang dilihat oleh anak anak akan terekam dan membawa pengaruh yang tidak menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak mempengaruhi tindakan mereka itu merupakan hal yang logis mengingat anak adalah golongan yang labil bergerak dan berkembang serta ingin tahu,ingin mencoba dan ingin merekam meskipun itu merupakan tindakan negative secara psikologis seorang remaja berusia 12-21 tahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar